"Jenis lahan untuk singkong di Indonesia secara umum sesuai. Ibu pangan Indonesia ini sangat luar biasa diterima untuk dataran rendah, sedang, dan tinggi," kata Kepala Balitkabi Kementan Yuliantoro Baltkabi kepada Medcom.id, Minggu, 27 September 2020.
Menurutnya, peluang pengembangan singkong di Kalteng yang dulunya merupakan lahan rawa juga tergolong baik dan memungkinkan. Selain teknologi spesifik lokasi yang sudah tersedia, secara eksisting saat ini tanaman singkong sudah ada dan dikembangkan oleh masyarakat.
"Lahan pasang surut tipe C dan D adalah pilihan pertama kemudian tipe transisi C ke B butuh tata kelola air dan keasaman PH tanah yang lebih baik," ungkapnya.
Yuliantoro optimistis pengembangan food estate singkong di Kalteng akan berhasil dengan strategi dan antisipasi penyiapan kebutuhan benih atau stek yang tepat. Pendekatan pemanfaatan teknologi sangat dibutuhkan agar proses tanam lebih efisien dibandingkan cara konvensional.
"Perbanyakan produksi stek per hektar kelipatannya delapan kali, sehingga satu ha pertanaman produksi stek dari 10 ribu tanaman akan dihasilkan 80 ribu stek untuk kebutuhan 8 ha. Teknologi penggunaan stek dua mata tunas memungkinkan namun butuh pengawasan," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News