“Keuangan negara harus kita akui jebol. Hari ini dengan kuota 23 juta kiloliter itu asumsinya semua meleset. ICP, Indonesia Crude Price, yang semula dipatok US$63 per barel meleset menjadi rata-rata US$104,9 per barel,” kata Sugeng dalam tayangan Hotroom di Metro TV, Rabu, 24 Agustus 2022.
Total subsidi 23 juta kiloliter itu hanya untuk pertalite. Selain harga minyak dunia yang melesat tajam karena berbagai faktor, kurs rupiah yang di atas proyeksi dalam penganggaran juga menjadi penyebab.
“Kurs dolar yang semula ditetapkan APBN di tahun 2022 sebesar Rp14.350 kini menjadi Rp14.500 (per US$1). Sehingga akumulasi subsidi menjadi Rp502 triliun, itu hanya untuk BBM kuota pertalite 23 juta kiloliter saja,” terang Sugeng.
Baca: Semakin Kuat Sinyal Pertalite Naik, Jokowi Minta Tetap Perhatikan Daya Beli |
Menurut catatan PT Pertamina, penggunaan BBM jenis pertalite meningkat pada Juli 2022 mencapai 16,8 juta kilo liter. Subsidi untuk pertalite ini tidak akan bertahan sampai akhir tahun dan diprediksi habis pada Oktober.
Rencana penaikan harga BBM bersubsidi akibat jebolnya anggaran ini membuat masyarakat panik. Masyarakat di beberapa daerah diinformasikan membeli BBM subsidi besar-besaran.
Namun, lanjut Sugeng, harga BBM subsidi harus terjaga agar daya beli masyarakat tidak mampu yang menjadi sasaran tetap terjaga. Pemerintah diharap tidak menaikkan harga BBM subsidi terllalu tinggi.
“Maksimal sebagaimana yang kita perkirakan bisa kendalikan adalah paling tinggi naik 30 persen, dari hari ini harganya (pertalite) Rp7.600 sampai ke tingkat Rp10.000 saja, stop di situ,” kata politikus Partai NasDem itu. (Tamara Pramesti Adha Cahyani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News