Ilustrasi. FOTO: Setkab
Ilustrasi. FOTO: Setkab

PLN: Konversi LPG ke Kompor Induksi Tekan Impor dan Hemat APBN

Annisa ayu artanti • 15 Februari 2022 15:03
Jakarta: PT PLN (Persero) mendukung program konversi kompor Liquified Petroleum Gas (LPG) ke kompor induksi pada tahun ini. Langkah tersebut untuk mendukung upaya pemerintah membangun kemandirian energi dan menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
 
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan saat ini impor LPG dari tahun ke tahun terus naik seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Pada 2024, diprediksi impor LPG bisa mencapai Rp67,8 triliun.
 
Dengan beralih ke kompor induksi, lanjutnya, ketergantungan terhadap impor LPG bakal berkurang secara bertahap sehingga bakal mendorong kemandirian energi. Tak hanya itu, masalah defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) akibat impor LPG secara perlahan juga dapat diselesaikan.

"Arahan Bapak Presiden di Istana Bogor sudah sangat jelas, yaitu untuk mengubah energi berbasis impor ke energi berbasis domestik. Salah satunya melalui konversi penggunaan kompor LPG ke kompor induksi," ujar Darmawan, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 15 Februari 2022.
 
Tak hanya angka impor, langkah konversi ini juga bakal menekan subsidi LPG dalam APBN yang terus membengkak. Tahun ini saja pemerintah menganggarkan Rp61 triliun untuk subsidi LPG. Angka ini akan terus naik menjadi Rp71,5 triliun pada 2024.
 
Saat ini, pemakaian LPG memang dianggap seakan-akan lebih murah dari kompor listrik. Padahal kalau dicermati, harga LPG di pasaran adalah harga dengan subsidi dari APBN. Harga keekonomian LPG sebelum disubsidi APBN mencapai Rp13.500 per kg, yang kemudian Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG subsidi dibanderol Rp7.000 per kg.
 
Artinya, pemerintah mengeluarkan anggaran Rp6.500 untuk subsidi per kg LPG. "Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp6.500," katanya.

Perbandingan berbasis kalori

Menghitung perbandingan berbasis kalori, satu kg LPG setara dengan tujuh kWh listrik. Harga keekonomian sat kg LPG yaitu Rp13.500 jelas lebih mahal daripada tujuh kWh listrik yang biayanya sekitar Rp10.250. Artinya harga keekonomian menggunakan LPG lebih mahal Rp3.250 per kg dibandingkan dengan pemanfaatan listrik.
 
PLN juga memastikan pasokan listrik di seluruh sistem kelistrikan dalam kondisi cukup. Hingga satu setengah tahun ke depan, PLN mempunyai cadangan daya hingga tujuh gigawatt (GW).
 
"Dengan program ini, akan ada peningkatan kebutuhan listrik. Proyeksi kami, serapan listrik akan meningkat hingga 13 GW. Ini akan meningkatkan kondisi perusahaan dan keuangan negara tentunya," ucapnya.
 
PLN menilai, konversi ke kompor induksi ini juga akan menjadi pintu masuk kemandirian energi, dari yang sebelumnya impor menjadi pemanfaatan listrik yang bersumber energi domestik. "Ini agenda bersama. Kita gotong royong untuk menuju kedaulatan energi di Indonesia. Apalagi sumber energi domestik kita melimpah dan dapat dimanfaatkan," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan