"Harga bahan pokok yang naik adalah yang bersumber dari impor. Maka, jelas hal ini terjadi karena pengaruh situasi ekonomi global," kata Poltak Hotradero, Kamis, 2 Juni 2022.
Dia mengakui operasi pasar masih efektif untuk menekan harga di pasar. Namun, menurutnya, yang jauh lebih penting adalah perbaikan rantai pasok, sehingga barang yang masyarakat butuhkan tetap tersedia di pasar.
"Tidak masalah harga mahal asal barangnya ada karena konsumen akan menyesuaikan diri, semisal lebih berhemat. Lebih bermasalah kalau barangnya tidak ada," ujar Poltak.
Dari sisi masyarakat, ada upaya substitusi bahan pokok yang mungkin bisa diperoleh di dalam negeri. Masyarakat juga harus lebih cermat dalam mengatur kebutuhan.
Dilansir dari Antara, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat seiring terkendalinya covid-19. Dia mengakui ketidakpastian ekonomi global berpengaruh terhadap Indonesia, tapi tidak akan terlalu besar.
Baca: RI Ajak Anggota G20 Bangun Kemitraan Global yang Lebih Efektif
Keyakinan Edy berdasarkan beberapa faktor, antara lain pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 tumbuh 5,01% (YoY), selisih sedikit dari posisi kuartal IV/2021 sebesar 5,02% (YoY).
Indikator lainnya adalah menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 6,22% pada Februari 2021 menjadi 5,83% pada Februari 2022.
Menurut Edy, pemerintah terus berusaha mengerek pertumbuhan ekonomi dengan melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi, serta pembukaan sektor-sektor potensial. Pemberian bantuan sosial menjadi salah satu upaya dalam menjaga daya beli masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News