Komoditas energi, misalnya, dengan adanya pelonggaran pembatasan covid-19 di Tiongkok menyebabkan aktivitas perjalanan meningkat drastis yang menyebabkan terdorongnya permintaan untuk pemenuhan energi.
Menurut Research & Development ICDX Girta Yoga, fokus pasar pada kuartal I-2023 untuk komoditas energi adalah embargo produk turunan minyak Rusia pada 5 Februari, OPEC menargetkan harga minyak 2023 stabil di kisaran USD80-90 per barel, dan Amerika Serikat (AS) masih mengalami krisis stok di Cadangan Strategis Negara.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"(Kemudian) rencana penerapan batas harga untuk gas Rusia pada 15 Februari 2023, dan Tiongkok melonggarkan izin impor batu bara Australia," kata Girta, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 28 Januari 2023.
Baca: Usaha Kopi Jogja Unjuk Gigi di Pertemuan Ekonomi Davos |
Sedangkan khusus untuk CPO, topik utama yang memengaruhi pergerakan harga di kuartal I-2023 adalah pembukaan wilayah Tiongkok, mandat Pemerintah Indonesia mengenai Biodiesel (B35), Ramadan, serta pengurangan impor minyak sawit oleh Eropa.
Kondisi global seperti isu resesi dan ekonomi Amerika Serikat juga turut memengaruhi komoditas khususnya mata uang rupiah. Dari faktor internal sendiri yang menjadi penggerak adalah data makroekonomi Indonesia yang mencatatkan pada kuartal III-2022 ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen.
"Selain itu neraca perdagangan juga turut menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan USD5,16 miliar, serta suku bunga BI yang tumbuh 5,75 persen," tukasnya.
Di sisi lain, isu resesi menjadi pendorong naiknya harga emas selain inflasi global. "Kenaikan suku bunga The Fed yang diproyeksikan naik 75 bps, dan target suku bunga 2023 di 5,1 persen juga menyumbang pergerakan harga emas di samping dari kelanjutan konflik Rusia dan Ukraina," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id