Hal tersebut disampaikan Nicke saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII pada Senin, 28 Maret 2022 kemarin. Nicke menjelaskan dengan kondisi perekonomian yang mulai pulih tahun ini, konsumsi solar subsidi pun meningkat hingga capai 16 juta kiloliter. Lebih dari kuota yang ditetapkan, yakni 14,9 juta kiloliter.
"Pertumbuhan ekonomi naik sekitar 5%, maka dampak terhadap mobilitas dan aktivitas usaha bisa dilihat dari peningkatan demand itu sendiri. Termasuk demand dari solar," ujar Direktur Utama PT. Pertamina Nicke Widyawati dalam program Headline News, Selasa, 29 Maret 2022.
Selanjutnya Nicke menjelaskan, peningkatan konsumsi tersebut tidak diiringi oleh peningkatan dari supply solar subsidi. Pada tahun ini kuota solar subsidi justru mengalami penurunan sebesar 5% dibanding kuota di tahun 2021.
"Gap inilah yang menyebabkan terjadinya masalah disupply. Jadi demand-nya naik 10%, tapi supply turun 5%. Maka kami mohon dukungan jika memang solar subsidi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kuotanya mungkin perlu disesuaikan," kata Nicke.
Kelangkaan solar juga diduga terjadi karena adanya penyelewengan penggunaan solar subsidi oleh industri besar seperti perusahaan tambang dan sawit. (Fatha Annisa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News