ilustrasi pertanian/MI/Abdullah Reubee
ilustrasi pertanian/MI/Abdullah Reubee

Istilah Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Dianggap Tak Tepat

M Sholahadhin Azhar • 12 Februari 2022 22:12
Jakarta: Istilah kelangkaan pupuk bersubsidi dianggap tak tepat. Pupuk bersubsidi memang terbatas, sementara penggunanya melimpah.
 
"Sebenarnya kalau kita mau untuk amati, tidak bisa disebut sebagai kelangkaan, lebih tepatnya mungkin disebut keterbatasan jumlah," ujar pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Surya Vandiantara di Jakarta, Sabtu, 12 Februari 2022.
 
Baca: Pendistribusian Pupuk Subsidi Diminta Berdasarkan Data Akurat

Analis lembaga Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) ini meminta seluruh pihak terkait memahami permasalahan secara holistik. Menurut dia, pupuk subsidi membuat petani bergantung, komponen pertanian itu diberikan sebagai stimulus meningkatkan produksi.
 
Surya tak menyalahkan petani, sebab mayoritas profesi itu tak merasakan penuh keuntungan dari hasil produksi mereka. Keuntungan itu kebanyakan direnggut tengkulak, sehingga petani tak sejahtera.
 
"Kalau saja keuntungan dari pertanian bisa maksimal, maka para petani akan sejahtera, Sehingga, ketergantungan akan pupuk subsidi pun akan berkurang dengan sendirinya. Karena petani akan lebih mampu untuk mendapatkan pupuk selain yang bersubsidi." kata dia..  
 
Tengkulak, kata Surya, memainkan harga dengan membeli murah hasil pertanian dan menjualnya dengan mahal. Belum lagi jika impor menyerbu masuk ketika musim panen raya.
 
Di sisi lain, Surya menganalisa sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) besutan Kementerian Pertanian yang dituding sebagai biang kelangkaan pupuk subsidi. Menurut dia, tak ada yang salah dengan pusat data itu, karena penyebaran pupuk subsidi sesuai target.
 
"Dalam hal ini sistem yang dikembangkan Kementerian Pertanian yakni e-RDKK, saya pikir sudah cukup baik. Karena akan sangat lebih serampangan lagi nanti distribusi pupuknya apabila sistem pengumpuluan datanya tidak memadai," kata dia.
 
Atas dasar itu, Surya melihat solusi permasalahan pupuk tak bisa hanya menyalahkan Kementerian Pertanian. Solusi harus melihat permasalahan secara komprehensif. Bukan hanya persoalan sistem hitung, namun kesejahteraan petani. 
 
"Kuncinya adalah inovasi. Pemerintah harus bisa menghadirkan sistem pasar yang baik, di mana para petani bisa menjual langsung produknya ke masyarakat tanpa harus melalui tangan pengepul," kata Surya.
 
Dia mengatakan konsep pasar digital mesti dibentuk, sehingga mendekatkan petani dengan konsumen. Selain itu, perlu diperhatikan inovasi di bidang pertanian.
 
"Dan membuat pertanian ke arah industrialisasi agar keuntungan petani meningkat," kata Surya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan