Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono menyampaikan, reformasi WTO akan jadi satu bahasan penting dalam TIIWG kali yang akan digelar sebentar lagi. Apalagi, pembahasan topik ini telah berlangsung sekitar lima kali presidensi G20.
"Ini sudah kalau tidak salah lima kali presidensi dibahas dan memang di dalam prakteknya atau situasinya di lapangan masih diperlukan satu upaya konsensus bersama untuk mencapai reformasi di WTO, karena peran WTO sangat penting," katanya dalam Persiapan Pertemuan Pertama TIIWG G20, dilansir Mediaindonesia.com, Selasa, 22 Maret 2022.
Menurut dia, salah satu yang jadi bahasan yakni mengenai penguatan lembaga perdagangan multilateral. Harapannya, dengan bahasan ini bisa memperkuat upaya pembangunan berkelanjutan.
"Bagaimana bisa berperan lebih apa maksimal dalam rangka mewujudkan capaian kinerja pembangunan berkelanjutan," katanya.
Djatmiko menyampaikan, program ini merupakan program Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diikuti hampir seluruh negara anggotanya. Program ini ditarget bisa tercapai pada 2030. "Bagaimana di sini intinya G20 bisa mendorong upaya untuk mencapai SDGs (Sustainable Development Goals) di 2030 ini terpenuhi," ujarnya.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto mengatakan Kota Solo, Jawa Tengah, dipilih menjadi lokasi pertemuan Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 karena merupakan pusat industrialisasi di Pulau Jawa.
"Kota Solo ini sebenarnya sudah lebih dari 100 tahun lalu menjadi pusat industrialisasi di Pulau Jawa. Di sana dahulu ada pabrik gula Solo Madu yang dibangun oleh Mangkunegara, dan itu salah satu pusat industri gula terbesar di dunia," kata Eko.
Eko menyampaikan pada gelaran G20, Indonesia ingin memberikan impresi kepada delegasi negara-negara anggota G20, termasuk negara undangan, serta organisasi internasional lainnya. Bila dilihat, lanjutnya, saat ini Solo juga menjadi satu wilayah yang industrialisasi cukup masif dibangun.
"Jadi kalau bicara Solo Raya, di sekitar Kota Solo ini selama 10 tahun terakhir industrialisasi itu cukup masif dilakukan. Beberapa industri sekarang memilih Solo Raya sebagai basis produksi mereka," jelas Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News