Ia mengungkit masalah itu dibebani dengan adanya program pembangkit listrik berkapasitas 35 gigawatt (GW) dari PLN yang telah memasuki masa konstruksi dan akan segera beroperasi.
"Di Indonesia tantangan hari ini adalah akselerasi (EBT) belum terjadi karena masih punya beban pada program 35 GW. Itu salah memproyeksikan pertumbuhan listrik, sehingga sekarang terjadi over capacity," ujarnya dalam webinar Energy Summit 2022, dikutip Rabu, 1 Juni 2022.
Dengan menargetkan menggunakan pembangkit listrik yang menggunakan energi bersih mulai 2030, pemerintah atau melalui PLN mau tidak mau harus mulai mempensiunkan dini PLTU batu bara.
Keinginan itu juga telah diutarakan pemerintah Indonesia pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim ke-26 di Glasgow Skotlandia atau COP26 tahun lalu sebagai tekad dalam transisi energi.
"Indonesia harus sedapat mungkin mengurangi pembangkit fosil, yang mana pemerintah menyatakan di Glasgow akan mengurangi 9,2 GW sebelum 2030. Masih ada delapan tahun lagi," ujar Fabby.
Dalam kesempatan yang sama, Executive Vice President Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN Cita Dewi tidak mendetailkan roadmap dalam pensiunan dini PLTU batu bara milik perusahaan negara. Ia hanya berujar bahwa PLN akan memverifikasi dulu mana saja PLTU yang masuk kriteria dalam early retirement pembangkit listrik.
"Ini masih dalam evaluasi. Kami akan buat kriteria PLTU apa yang sesuai dengan tahapan ini. Kita tunggu saja, itu sudah masuk peta jalan PLN. Kita komit dengan rencana early retirement tersebut," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News