Menurut dia, kelompok menengah ini sebenarnya tidak berhak (eligible) mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT). Namun, dengan kondisi di tengah pandemi virus korona (covid-19) seperti sekarang ini, mereka rentan terdampak sehingga membutuhkan bantuan.
"Sekarang ada orang-orang yang sebulan lalu masih ada pekerjaan sekarang tiba-tiba dia enggak punya lagi pekerjaan. Misal buruh, ojek driver, pelayan rumah," kata dia dalam video conference di Jakarta, Selasa, 21 April 2020.
Dirinya menambahkan, pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran covid-19 tentunya berdampak pada sejumlah sektor ekonomi. Oleh karena itu penanganan krisis akibat korona berbeda dengan krisis yang pernah terjadi sebelumnya.
"Karena itu perlindungan sosial harus diperluas. Untuk perlindungan sosial yang sifatnya tradisional kan support ke masyarakat miskin saja. Sekarang harus kompensasi ke yang di rumah saja. Ini yang bedakan situasi sekarang dengan beberapa krisis sebelumnya," jelas dia.
Berdasarkan data Bank Dunia ada 115 juta orang yang masuk dalam kategori kelas menengah rentan miskin (aspiring middle class). Jika dalam satu keluarga terdiri dari empat orang, maka Chatib menilai ada 30 juta rumah tangga masuk kategori ini.
"Itu diberikan Rp1 juta saja misal, maka dia akan dapat Rp3 juta kali 30 (juta rumah tangga) Rp905 triliun itu hanya 0,6 persen PDB. Kalau budget defisit dinaikkan, relokasi dilakukan, kelas ini bisa dikover," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id