Rahmad mensosialisasikan langsung sekaligus mengajak petani padi bergabung program yang diluncurkan Menteri BUMN Erick Thohir pada 2021. Program ini menjadi solusi bagi petani dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan pertanian.
"Jadi kita punya program Makmur. Program ini menggunakan pupuk non subsidi dalam budidaya dan hasilnya atau untungnya petani lebih banyak," ucap Rahmad dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 29 Oktober 2023.
Pupuk Indonesia mendukung intensifikasi pertanian dengan menyediakan pupuk non subsidi, memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat, sehingga meningkatkan kualitas pengelolaan lahan melalui program Makmur. Hal ini menjawab pernyataan Waqib, salah satu petani yang tidak ingin terus bergantung pada pupuk bersubsidi.
Baca juga: Ada El Nino, Petani Perlu Genjot Produktivitas Lewat Program Makmur |
Banyak dapat manfaat
Program dengan akronim Mari Kita Majukan Usaha Rakyat ini merupakan ekosistem yang menghubungkan petani dengan sejumlah perusahaan BUMN. Menurut Rahmad, petani yang bergabung dalam ekosistem Makmur akan mendapat banyak manfaat.
Mulai dari bimbingan teknis dan budidaya, kepastian pasokan benih dan pupuk non subsidi, asuransi untuk melindungi dari ancaman gagal panen, kemudahan akses modal melalui perbankan, hingga jaminan pembelian hasil usaha tani dengan harga kompetitif.
"Jadi semua kelompok tani yang ikut program Makmur, program gratis ini langsung kita kirimkan pendamping, selain melakukan pendampingan juga untuk melakukan uji tanah untuk mengetahui seberapa banyak dosis pupuk yang dibutuhkan," tutur dia.
"Semua yang bergabung dalam kelompok Makmur produktivitasnya naik 30 persen, maka petani dapat membeli kebutuhan pupuk non subsidi dan hasilnya petani lebih sejahtera," jelas Rahmad menambahkan.
Hingga September 2023, Pupuk Indonesia telah menjalankan program Makmur di atas lahan seluas 262.783 hektare atau 133 persen dari target 198.096 hektare.
Adapun beberapa komoditas yang telah mengalami peningkatan produktivitas, seperti padi dengan rata-rata meningkat 14 persen, jagung rata-rata meningkat 23 persen, tebu meningkat rata-rata 27 persen, kopi meningkat rata-rata 48 persen, dan sawit meningkat rata-rata 7 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News