Berdasarkan laporan Media Quality Report (MQR) edisi ke-20 yang dirilis Integral Ad Science (IAS), tingkat penipuan iklan pada kampanye yang tidak dioptimalkan melonjak 15 kali lipat dibanding kampanye yang telah dipersenjatai dengan teknologi anti-fraud.
"Seiring kompleksitas media digital yang terus meningkat, IAS tetap berkomitmen memberikan transparansi, presisi, dan perlindungan yang dibutuhkan mitra kami untuk sukses," ujar CEO IAS, Lisa Utzschneider dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 27 Mei 2025.
Fraud naik tajam, tapi masih bisa dicegah!
Laporan yang menganalisis lebih dari 280 miliar interaksi digital setiap hari ini mengungkap bahwa tingkat penipuan iklan di kampanye tanpa optimasi meningkat 19 persen secara tahunan hingga mencapai 10,9 persen di akhir 2024.Sebaliknya, kampanye yang dioptimalkan justru mengalami penurunan fraud menjadi hanya 0,7 persen.
Jadi, strategi optimasi jelas bukan hanya pilihan, tapi keharusan untuk pengiklan yang ingin menjaga anggaran dan kredibilitas brand mereka.
Baca juga: Cara Blokir Iklan di Tablet dan HP |
Konten ujaran kebencian naik
Meski secara umum risiko brand global menurun 10,6 persen dari 2023 menjadi 1,5 persen (terendah sepanjang sejarah), tapi jenis ancaman berubah. Konten ofensif dan ujaran kebencian mengalami lonjakan tajam hingga 72 persen secara tahunan, tertinggi sejak 2020.Viewability stabil, tapi perhatian jadi metrik baru
Viewability atau keterlihatan iklan memang relatif stabil secara global, hanya naik 1,6 persen. Namun, viewability untuk video desktop melonjak hingga 83,9 persen, menandakan meningkatnya konsumsi konten video.
Kini, pengiklan juga mulai melirik metrik "attention" sebagai tolok ukur efektivitas kampanye digital mereka.
Asia pasifik menjadi peluang dan tantangan
Di kawasan Asia Pasifik, data menunjukkan penipuan iklan tetap rendah di kampanye yang dioptimalkan desktop display (1,3 persen) dan mobile web video (0,3 persen). Viewability desktop video naik tajam dari 69,2 persen ke 88,9 persen, mengalahkan rata-rata global. Time-in-view di atas rata-rata global desktop display (20,07 detik), mobile web display (15,74 detik). Namun, konten kekerasan sebagai risiko brand naik dari 43,5 pesen ke 54,3 persen di desktop display.Kabar baik datang dari Indonesia. Tingkat penipuan sangat rendah: desktop display (0,6 persen), mobile web (0,1 persen). Viewability tinggi: desktop display (67,6 persen), mobile app display (86,4 persen). Time-in-view terbaik di Asia Pasifik desktop (31,13 detik), mobile web (26,49 detik). Meski begitu, risiko brand dari konten kekerasan masih tinggi (62,2 persen).
IAS pun mengingatkan pengiklan untuk tetap waspada, terutama menjelang momen politik dan budaya penting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News