Menurut Direktur Astra International Tbk (ASII) Henry Tanoto kompetisi justru memberikan dampak positif, baik bagi konsumen maupun perkembangan industri otomotif di Indonesia.
| Baca juga: Penjualan Mobil Astra Naik di Juli 2025, Pangsa Pasar Sentuh 52% |
“Bagi kami, persaingan adalah hal yang sehat. Strategi Astra sejak dulu konsisten dengan menyediakan produk, teknologi, dan layanan yang relevan dengan kebutuhan konsumen Indonesia yang sangat beragam,” ujarnya dalam paparan Public Expose, Rabu, 27 Agustus 2025.
Selama hampir dua dekade terakhir, pendekatan itu terbukti ampuh. Astra berhasil mempertahankan pangsa pasar otomotif di atas 50 persen, meskipun lanskap persaingan berubah drastis.
Strategi Produk ICE, Hybrid, hingga BEV
Astra mengakui bahwa mobil listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) saat ini masih terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama Jakarta, dengan penetrasi sekitar 10 persen. Hal ini dipengaruhi kesiapan infrastruktur dan daya beli masyarakat yang relatif lebih kuat.“Sebagian besar konsumen EV di kota besar adalah additional buyer, yang tidak terlalu sensitif terhadap nilai jual kembali,” jelas Henry.
Sementara itu, kendaraan hybrid dan berbahan bakar konvensional (ICE) masih mendominasi pasar dengan porsi sekitar 90 persen. Oleh karena itu, Astra tetap menyediakan portofolio yang lengkap: mulai dari ICE, hybrid, plug-in hybrid, hingga BEV.
Di ajang GIIAS terbaru, Astra memperkuat line-up elektrifikasi dengan meluncurkan New BZ4X hasil produksi lokal serta akan memperkenalkan hybrid baru dengan harga di bawah Rp300 juta, serta melakukan penyegaran pada varian hybrid lain seperti Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid.
“Ke depan, kami juga menyiapkan produk hybrid di segmen yang lebih luas, agar semakin banyak konsumen bisa mengakses kendaraan elektrifikasi,” tambahnya.
Layanan dan Ekosistem Jadi Senjata Utama
Bagi Astra, menghadapi gempuran merek-merek baru asal Tiongkok tidak bisa hanya mengandalkan produk. Henry menegaskan, layanan dan ekosistem menjadi faktor penentu.Astra memiliki jaringan distribusi dan bengkel resmi yang tersebar dari Sumatera hingga Papua. Selain itu, ada dukungan financing dan asuransi yang mempermudah konsumen dalam memiliki kendaraan. After sales service, termasuk program trade-in, juga memperkuat nilai jual kembali kendaraan Astra.
“Kombinasi inilah yang membuat produk Astra selalu punya resale value tinggi, dan itu jadi pertimbangan penting bagi konsumen Indonesia,” katanya.
Astra menyadari transisi energi ke elektrifikasi merupakan tantangan besar, terutama dengan agresivitas pabrikan Tiongkok yang masuk dengan produk EV berharga relatif terjangkau. Namun, dengan portofolio produk yang seimbang dan ekosistem layanan yang sudah terbangun puluhan tahun, Astra merasa siap.
“Ke depan, kami akan terus menyesuaikan produk dan layanan sesuai kebutuhan mobilitas masyarakat. Kami optimis Astra bisa tetap tumbuh dan menjadi pilihan utama konsumen di tengah transformasi besar yang sedang berlangsung,” tutup Henry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id