"Hasilnya ini tidak seberapa, namun tidak bisa dipanen setiap hari,” ucap Hasan yang merupakan seorang petani di Jayakerta, Karawang Barat, Jawa Barat, pada tayangan Metro TV.
Apa yang dialami Hasan rupanya juga terjadi pada beberapa petani di Karawang Barat lainnya. Misalnya, Karya Lesmana di Loji, yang lebih dulu bertani sejak 2003.
Dengan sebidang tanah seluas 3 ribu meter persegi, Karya dan saudaranya menggarap lahan dengan menanam padi.
Jenis tanaman yang tidak bisa dipanen setiap hari ini membuat Karya kesulitan mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Ia pun berpikir untuk mengubah kehidupannya agar ada kemajuan.
“Saya berpikir bagaimana untuk membuat perubahan ke depan. Kasihan keluarga saya. Kalau orang lain mungkin yang lahannya banyak bisa menanam apa saja. Nah, kalau saya kan tanah 3 ribu meter (persegi) dan dibagi dua dengan saudara,” tuturnya.
Ia pun bersama saudaranya akhirnya berkomitmen untuk mengubah nasib. Adanya program kerja sama antara Pemerintah Taiwan, Pemerintah Indonesia, dan Kabupaten Karawang di sektor pertanian sedikit banyak telah membantu kemajuan para petani di wilayahnya.
Melalui International Cooperation and Development Fund (ICDF) Taiwan, Kementerian Pertanian RI dan Pemerintah Kabupaten Karawang bekerja sama untuk mengembangkan kawasan pertanian terintegerasi.
Kerja sama ini fokus terhadap pengembangan hortikultura dengan memberikan pendampingan pada para petani yang dilakukan oleh Taiwan Technical Mission (TTM) di Jayakerta dan Loji.
Ke depan, pemerintah berharap program ini bisa tersebar luas ke seluruh pelosok sektor pertanian di Indonesia.
Hasan, petani Jayakerta, yang mulai bercocok tanam sayuran, mengaku beruntung setelah bergabung dengan TTM pada awal 2021. Ia diajarkan bercocok tanam asparagus.
“Tanaman ini bisa dipanen setiap hari, TTM pun membantu memasarkan,” kata Hasan.
Karya bersyukur atas hadirnya program tersebut. Ia yang mulai bergabung enam bulan lalu, kini sudah merasakan manfaat bertani. Kehidupannya perlahan membaik. Mulai dibantu pemodalan, pengolahan lahan, hingga penjualan.
"Jadi, kita tidak kebingungan lagi untuk memasarkan sayuran atau barang. Sudah diterima di pasar-pasar modern. Penghasilan pun lebih meningkat daripada sebelumnya,” ucapnya.
Sementara, Ahli Pertanian TTM Chiu Chien Hsiang menjelaskan tujuan program hortikultura ini yang terpenting ialah untuk memandu petani menambah pendapatan untuk keluarga mereka. Meski mereka hanya punya lahan 1.000 atau 2.000 meter persegi, hal tersebut tidak lagi menjadi hambatan.
"Kita bantu mereka, mengedukasi agar mereka bisa pakai lahan dengan maksimal,” katanya.
Kerja sama ini berupa uji coba ke beberapa lahan para petani. Mereka mencoba menggarap lahan, jika sudah siap barulah ditanam. “TTM juga bantu petani nego pasar dan nego harga untuk bantu lebih baik lagi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News