Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, kenaikan inflasi lebih disebabkan oleh faktor musiman yaitu Ramadan dan Idulfitri. Pasalnya penyumbang inflasi lebih didominasi oleh kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok saat puasa dan lebaran.
"Terkait dengan adanya musiman Ramadan dan Lebaran, ini secara seasonal atau secara pola musiman di inflasi Mei ini lebih dominan," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu, 2 Juni 2021.
Ia menambahkan, penyumbang inflasi terbesar pada Mei adalah daging ayam ras dan tarif angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar 0,04 persen. Selain itu, komoditas jeruk, minyak goreng, daging sapi, serta ayam hidup juga menyumbang inflasi.
"Untuk pemulihan daya beli, barangkali belum bisa menyimpulkan. Nanti kita lihat bagaimana perkembangan harga-harga di bulan-bulan ke depannya mengingat pada Mei 2021 ini sebagian masyarakat juga mendapatkan pendapatan musiman dengan adanya THR," ungkapnya.
Menurut komponennya, inflasi inti memberi andil 0,16 persen dengan inflasi sebesar 0,24 persen. Namun inflasi harga diatur pemerintah tercatat mencapai 0,48 persen dengan andil 0,09 persen, dan inflasi harga bergejolak 0,39 persen dengan andil 0,07 persen.
Dengan perkembangan ini, BPS mencatat inflasi secara tahun kalender atau year to date (ytd) sampai dengan Mei 2021 tercatat sebesar 0,90 persen. Sementara itu, inflasi tahun ke tahun atau year on year (yoy) pada Mei 2021 adalah sebesar 1,68 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News