Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi pada acara Indonesia Food Summit 2021, Selasa, 25 Mei (Foto:Dok.Metro TV)
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi pada acara Indonesia Food Summit 2021, Selasa, 25 Mei (Foto:Dok.Metro TV)

NTT Jalankan 3 Komponen Utama Dukung Ketahanan Pangan Nasional

Rosa Anggreati • 28 Mei 2021 08:02
Jakarta: Pelan tapi pasti, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai mengubah stigma provinsi miskin dan tertinggal. Kini, NTT dipercaya menjadi kawasan lumbung pangan dalam program food estate yang mendukung ketahanan pangan nasional.
 
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi menegaskan akan terus berupaya mendukung ketahanan pangan nasional, serta menjaga stabilitas harga dan pasokannya. 
 
"Untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan, diperlukan tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu manusia, tanah dan air, serta pengelolaan pangan," kata Josef Nae Soi, berbicara di acara Indonesia Food Summit 2021, pada Selasa, 25 Mei. Indonesia Food Summit 2021 diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian dan komitmen Media Group News untuk mendukung berbagai upaya percepatan dalam pembangunan ketahanan pangan di Indonesia.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Josef, manusia menjadi komponen utama dan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan pasokannya. 
 
Oleh karena itu, hal pertama yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT ialah membangkitkan kemauan masyarakat lokal untuk tidak hanya bertani, tapi juga berkebun dan berternak. 
 
"Itu karena pangan tidak selalu datang dari sektor pertanian. Jadi harus mix (digabung), sehingga ketahanan pangan bisa terjamin," kata Josef.
 
Selanjutnya, komponen kedua ialah tanah dan air. NTT potensial menjadi kawasan lumbung pangan karena ketersediaan lahan yang luas. NTT memiliki lahan seluas 837 ribu hektare.
 
Komponen ketiga, yaitu pengelolaan produk pangan. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia penggarap. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, Pemprov NTT melakukan beragam sosialisasi.
 
Dengan berjalannya tiga komponen tersebut, potensi pengembangan pangan di NTT dapat diwujudkan.
 
"Waktu pertama kali kami datang ke NTT,  kami lihat banyak lahan kami yang tidur. Tapi sebenarnya bukan lahan yang tidur, manusianya yang tidur. Oleh sebab itu kami minta masyarakat NTT jangan tidurkan lahan, bangkit, bangunkan lahan supaya tidak tidur. Kita mulai lakukan program yang namanya tanam padi, tanam jagung, panen sapi," ucap Josef.
 
Pemprov NTT berupaya mengubah mentalitas masyarakat dalam menyikapi pangan. Bila sebelumnya masyarakat bertani, berkebun, dan berternak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka saat ini didorong pula untuk meningkatkan taraf ekonomi penggarap.
 
Pemprov NTT memandang perlu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan. 
 
Untuk diketahui, NTT merupakan provinsi termiskin di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di NTT pada September 2020 meningkat 0,31 persen menjadi 21,21 persen dibandingkan Maret 2020. Kenaikan tersebut merupakan salah satu dampak pandemi covid-19.
 
Saat ini, Pemprov NTT tengah melakukan pengembangan lahan pertanian melalui program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) sebagai bentuk dukungan terhadap program food estate.
 
Pengembangan lahan food estate tidak hanya berdampak terhadap peningkatan produksi padi dan jagung, namun juga pengembangan sektor peternakan di NTT, sehingga hasil panen petani meningkat dan mendorong petani untuk menanam dua hingga tiga kali setiap tahun.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan