Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengeluarkan aturan mengenai pengurangan pasokan yang agresif di hulu melalui Cutting Hatching Egg (HE) dan afkir dini Parent Stock (PS), sehingga jumlah final stok ayam dapat berkurang drastis.
Penerbitan Surat Edaran Cutting HE dan Afkir Dini PS yang dilakukan sejak akhir Agustus oleh Ditjen PKH telah menunjukkan hasil dan membuat harga ayam merangkak naik, terlebih implementasi kebijakan dilakukan dengan lebih baik dimana pemerintah melakukan cross-monitoring dalam setiap pelaksanaan cutting, memberi teguran hingga memberi sanksi kepada perusahaan yang melanggar.
Dengan implementasi pengurangan suplai yang baik ini, harga ayam ditingkat peternak sudah membaik sesuai dengan acuan harga yang ditetapkan Kementerian Perdagangan yakni Rp19 ribu-Rp21 ribu per kilogram.
Peternak Ayam Mandiri asal Jawa Timur, Kholik menuturkan pemerintah harus melanjutkan kebijakan pengendalian pasokan ayam broiler agar harga di tingkat peternak dapat tetap terjaga.
Menurutnya harga yang saat ini berlangsung sudah cukup baik karena hasil dari pelaksanaan SE Cutting SE Cutting HE dan Afkir Dini yang dikeluarkan sejak Agustus 2020.
"Perlakuan SE sangat tepat, dalam jangka pendek pemerintah wajib mengeluarkan SE lagi sampai Februari karena mengingat jumlah doc (day old chick) masih kelebihan. Dalam jangka panjang pemerintah harus dapat mengontrol impor Grand Parent Stock (GPS) ayam sesuai dengan permintaan atau sejumlah maksimal 680 ribu ekor dan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang isinya sesuai dengan Permentan 32/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi," ujarnya, Jumat, 11 Desember 2020.
Lebih lanjut, bagi pabrikan yang tidak patuh SE, terangnya, harus dihentikan izin impor GPS dan ditahan izin impor bahan bakunya. Hal ini guna memberikan efek jera terhadap pelaku dan menghilangkan kebiasaan melecehkan SE pemerintah.
Selain itu, Kholik meminta Pemerintah wajib membuka data Setting Hatching Record (SHR) dan data potensi doc pada 2021 dibuat per bulannya. Pasalnya, kedua data ini sangat dibutuhkan peternak guna mengendalikan produksi sedari dini.
Terkait dampak covid-19 terhadap peternak ayam broiler, katanya, pemerintah dapat membantu meningkatkan permintaan ayam broiler yang saat ini tengah turun. Langkah yang dapat diambil yakni dengan memberikan bantuan sosial berupa daging ayam. Hal ini tentu dapat meningkatkan permintaan ayam broiler.
Senada Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Singgih Januratmoko menuturkan daya beli masyarakat terhadap ayam broiler masih stagnan dan baru pulih antara 50-60 persen.
"Kondisi over supply masih terjadi sedemikian besar karena impor GPS pada 2018 terlalu banyak. Selain itu, secara daya beli masyarakat masih stagnan baru pulih 50-60 persen," paparnya.
Lebih lanjutnya, kelebihan pasokan ayam di dalam negeri tersebut tidak serta merta dapat membuat ayam-ayam ini dapat diekspor. Pasalnya, harga daging ayam asal Indonesia belum dapat bersaing dengan daging dari luar negeri.
Singgih menyayangkan dengan kelebihan suplai ayam broiler sebenarnya Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara yang dapat mengekspor produk ayam, tetapi salah satunya karena harga bahan baku pakan yang terlalu tinggi membuat HPP turut membengkak jadinya tidak dapat bersaing secara internasional.
"Pemerintah saat ini harus terus menjaga produksi sesuai antara suplai dan permintaan masyarakat. Kelebihan suplai saat ini dapat diantisipasi dengan melakukan cutting HE dan afkir dini PS," papar Singgih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News