MEDIA WORKSHOP MINI Allianz.
MEDIA WORKSHOP MINI Allianz.

Dari Banjir Hingga Gempa, Saatnya UMKM Melek Asuransi Properti

Annisa ayu artanti • 02 Oktober 2025 16:04
Jakarta: Indonesia dikenal sebagai negeri yang indah, tapi sekaligus rawan bencana. Berada di pertemuan empat lempeng besar dunia, Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan lauut Filipina membuat Tanah air kita masuk ke dalam kawasan ring of fire. 
 
Kondisi ini menyebabkan gempa, letusan gunung berapi, hingga tsunami kerap terjadi dari Sabang sampai Merauke.
 
“Dari tahun 1963 sampai 2023, terekam banyak sekali gempa dari ujung timur Sumatra hingga Papua,” jelas Strategic Planning & Risk Management Group Head MAIPARK Indonesia, Ruben Damanik dalam MEDIA WORKSHOP MINI Allianz, Kamis, 2 Oktober 2025.

Di tengah risiko yang tak bisa dihindari ini, asuransi properti menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi aset maupun bisnis.

Literasi asuransi masih rendah

Meski penting, kesadaran masyarakat terhadap asuransi masih tergolong minim. Data menunjukkan, literasi asuransi di Indonesia masih di bawah 50 persen. 
 
Padahal, premi asuransi umum pada semester I-2025 tumbuh 5,8 persen, dengan asuransi properti mencatat pertumbuhan 8,1 persen. Namun, penetrasi asuransi di Indonesia baru menyentuh 2,72 persen, angka yang masih sangat rendah.
 
“Kurang dari 10 persen masyarakat yang memiliki asuransi properti. Padahal ini peluang besar bagi kita untuk meningkatkan literasi dan kesadaran,” jelas Director & Chief Technical Officer Allianz Utama Indonesia, Ignatius Hendrawan.
 
Baca juga: Pentingnya Produk Asuransi Kejadian Bencana bagi Pelaku UMKM

UMKM rentan terpukul bencana

Indonesia punya sekitar 60 juta pelaku UMKM. Sayangnya, 53 persen di antaranya tidak memiliki mitigasi asuransi. Padahal, UMKM menyumbang sekitar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 
 
Jika bisnis mereka terdampak bencana, dampaknya bisa meluas ke perekonomian nasional.
 
“Dalam konteks asuransi, kita perlu memberikan pemahaman bahwa biaya premi bukan beban, tapi upaya mitigasi risiko. Ini akan mengurangi beban pemerintah secara umum,” lanjut Ignatius.

Kerugian nyata, risiko besar

Sejarah mencatat betapa mahalnya kerugian akibat bencana. Misalnya, banjir Jabodetabek 2025 menelan kerugian Rp1,96 triliun, gempa Yogyakarta 2006 mencapai Rp29,1 triliun, dan gempa Sumatera Barat 2009 mencapai Rp21,6 triliun.
 
Tak hanya soal infrastruktur, bencana juga menghantam langsung sektor usaha. Data menunjukkan, 40 persen UMKM terpaksa menutup usahanya setelah bencana karena kerugian material, kehilangan pendapatan, hingga dampak immateriil pada SDM.

Asuransi properti jadi solusi

Polis asuransi properti tak hanya menjamin bangunan bisnis, tapi juga bisa melindungi dari kehilangan pendapatan akibat gangguan operasional hingga kehilangan sewa. Dengan begitu, pelaku usaha bisa tetap bertahan meski diterpa musibah.
 
Bencana memang tak bisa dicegah, tapi dampaknya bisa diminimalisasi. Bagi pelaku usaha, asuransi properti bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
 
Dengan proteksi yang tepat, bisnis bisa tetap berjalan, aset tetap terjaga, dan ekonomi nasional pun lebih tahan guncangan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan