Plt Kepala Badan Riset dan SDM (BRSDM) KKP Kusdiantoro menyebutkan bahwa Indonesia dijuluki sebagai negara kepulauan dan mega marine biodiversity, karena tercatat setidaknya lebih dari 8.500 spesies biota laut ada di Indonesia. Keanekaragaman sumber daya hayati tersebut merupakan modal potensial bagi bangsa Indonesia.
"Untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, nutrasetika, serta kosmetika. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya tersebut harus terus dikembangkan sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dalam menyediakan bahan baku farmasi bersumber dari biota laut," paparnya, dilansir dari Antara, Jumat, 17 Desember 2021.
Kusdiantoro berpendapat isu mengenai biofarmakologi menjadi salah satu isu strategis, di samping masalah pangan dan kesehatan laut. Untuk itu, Indonesia harus memiliki tonggak pencapaian dalam pengembangan biofarmakologi laut hingga 2045 sehingga harus dapat dilihat apa tren kebutuhan masyarakat, selain terus melakukan upaya preventif penyakit baru.
Sebagai contoh, masih menurut Kusdiantoro, pandemi covid-19 yang masih melanda dunia turut mengundang banyak pertanyaan tentang berbagai upaya penanganannya. Sedangkan salah satu yang diangkat sebagai potensi solusi adalah senyawa-senyawa aktif yang diekstrak dari sumber daya hayati laut Indonesia.
"Kekayaan sumber daya hayati laut yang melimpah diharapkan dapat menjadi solusi dalam menyediakan obat-obatan tersebut. Meskipun untuk memperoleh obat yang efektif dan aman harus melalui serangkaian uji praklinik dan klinik yang memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang mahal," katanya.
Tantangan
Menurut dia, semua hal itu adalah tantangan sekaligus peluang khususnya bagi para peneliti, karena peluang akan muncul dinilai ketika dihadapkan kepada permasalahan di sekitar masyarakat. Dengan dikembangkannya biota laut sebagai produk industri biofarmasi, juga dapat meningkatkan nilai tambah karena menjadikannya memiliki nilai ekonomi lebih tinggi."Sebagai contoh, rumput laut pada bentuk segar, jika diekspor hanya memiliki nilai ekonomis sebesar USD1.168 per ton. Namun jika diisolasi kandungan zat warnanya, maka nilai ekonomis akan jauh meningkat hingga USD13.372 per ton atau setara 13 kali lipat dari sebelumnya," paparnya.
Rumput laut merupakan komoditas budidaya yang akan digenjot produktivitasnya karena termasuk dalam program terobosan KKP periode 2021-2024, bersama dengan udang, lobster dan kepiting. Rumput laut selama ini juga termasuk komoditas unggulan ekspor, di mana sepanjang Januari hingga September 2021, nilai ekspornya mencapai USD236 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News