Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penanganan krisis kesehatan yang berdampak ke ekonomi terus dilakukan secara soliter oleh masing-masing negara. Namun, fasilitas kesehatan, akses terhadap vaksin, serta alat-alat kesehatan masih belum merata.
Kondisi ini menjadi tantangan baru dalam proses pemulihan ekonomi global. "Tidak meratanya karena masalah pandemi dan vaksinasi, juga karena tidak meratanya karena memang ada negara yang masih tertinggal dalam memulihkan ekonominya. Oleh karena itu, semangat kooperasi atau kerja sama ini menjadi sangat penting," katanya dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Kamis, 3 Maret 2022.
Menurutnya, pandemi covid-19 memberikan pelajaran penting bahwa respons arsitektur kesehatan global sangat lamban dalam mencegah darurat kesehatan di masa depan. Karena itu, isu tersebut menjadi agenda khusus dalam Presidensi G20 Indonesia.
Prioritas kedua yang diusung yakni standardisasi protokol kesehatan global untuk seluruh negara di dunia. Hal ini agar terdapat keseragaman di seluruh dunia terkait aturan PCR, karantina, dan protokol kesehatan lainnya.
"Harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk membuka mobilitas antarnegara. Meskipun menimbulkan risiko, namun harmonisasi pedoman kesehatan dibutuhkan sejalan dengan konektivitas sistem kesehatan untuk perjalanan internasional," ujar dia.
Selain itu, respon pandemi atau pandemic prevention, preparedness and response (pandemic PPR) juga menjadi fokus berikutnya meliputi pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi. Dengan upaya tersebut, seluruh negara akan memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi kemungkinan pandemi lain di masa depan.
"Ini akan terdiri dari ekspansi manufaktur global untuk vaksin, therapeutic, dan diagnostik untuk negara bekembang sejalan dengan sharing knowledge untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi selama krisis," pungkasnya.
Kondisi ini menjadi tantangan baru dalam proses pemulihan ekonomi global. "Tidak meratanya karena masalah pandemi dan vaksinasi, juga karena tidak meratanya karena memang ada negara yang masih tertinggal dalam memulihkan ekonominya. Oleh karena itu, semangat kooperasi atau kerja sama ini menjadi sangat penting," katanya dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Kamis, 3 Maret 2022.
Menurutnya, pandemi covid-19 memberikan pelajaran penting bahwa respons arsitektur kesehatan global sangat lamban dalam mencegah darurat kesehatan di masa depan. Karena itu, isu tersebut menjadi agenda khusus dalam Presidensi G20 Indonesia.
Prioritas kedua yang diusung yakni standardisasi protokol kesehatan global untuk seluruh negara di dunia. Hal ini agar terdapat keseragaman di seluruh dunia terkait aturan PCR, karantina, dan protokol kesehatan lainnya.
"Harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk membuka mobilitas antarnegara. Meskipun menimbulkan risiko, namun harmonisasi pedoman kesehatan dibutuhkan sejalan dengan konektivitas sistem kesehatan untuk perjalanan internasional," ujar dia.
Selain itu, respon pandemi atau pandemic prevention, preparedness and response (pandemic PPR) juga menjadi fokus berikutnya meliputi pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi. Dengan upaya tersebut, seluruh negara akan memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi kemungkinan pandemi lain di masa depan.
"Ini akan terdiri dari ekspansi manufaktur global untuk vaksin, therapeutic, dan diagnostik untuk negara bekembang sejalan dengan sharing knowledge untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi selama krisis," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id