TKII merupakan perusahaan Korea Selatan yang bukan pemain baru di industri alas kaki di Indonesia. Perusahaan ini memiliki nilai investasi sebesar USD160 juta. Tak heran jika saat ini TKII mampu menghasilkan sekitar dua juta pasang sepatu per bulan yang 100 persen hasilnya untuk ekspor. Penghasilan dari penjualan sepatu saat ini dapat mencapai USD350 juta per tahun.
TKII mempekerjakan 25 ribu tenaga kerja Indonesia yang semuanya masih bekerja selama pandemi covid-19. Bahlil pun mengapresiasi TKII karena tetap mempekerjakan karyawannya selama covid-19.
"Silakan tetap berproduksi, tetapi tetap dijaga betul protokol kesehatan. Kita harus menyiasati agar kesehatan selamat dan bisnis tetap jalan. Tidak boleh ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Kalau perusahaan kesulitan beroperasi, ayo bicara dengan BKPM. Kita cari solusinya. Kita bicarakan dengan pemerintah pusat, daerah, DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten. Pokoknya tidak boleh ada PHK," tegas Bahlil, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 28 Juli 2020.
Presiden Direktur PT. Taekwang Industrial Indonesia Lee Young Suk menyampaikan apresiasinya atas kunjungan ini dan berterima kasih atas dukungan BKPM, Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Subang atas kenyamanan kegiatan usaha yang diberikan.
"TKII melakukan strategi. Walaupun mengalami masa sulit dengan mengubah hari dan jam kerja, tidak ada satu karyawan pun yang kami PHK. Ini dapat terjadi berkat manajemen bisnis kami yang selalu mengutamakan maju bersama dengan masyarakat sekitar," ujar Lee Young Suk.
TKII memiliki luas lahan pabrik sebesar 44 ha lebih tetapi baru dibangun sekitar 27 ha. TKII memprediksikan sampai 2025, investasinya akan bertambah sebanyak USD100 juta.
"Saat ini produksi kami sebanyak dua juta pasang sepatu per bulan, akan kami tambahkan menjadi empat juta pasang sepatu per bulan. Jadi kami berencana untuk mewujudkan tempat kerja yang baik untuk karyawan yang akan berjumlah 40 ribu orang," ujar Lee.
Bahlil pun melanjutkan agendanya menuju pabrik PT Asahimas Flat Glass Tbk (Asahimas) di Karawang, Jawa Barat. Perusahaan asal Jepang ini sudah lama terkenal sebagai produsen kaca terkemuka di dunia. Bahkan mampu memenuhi pasokan sebesar 43 persen akan kebutuhan kaca nasional.
Pihak Asahimas mengatakan bahwa mereka telah meningkatkan kapasitas produksi terpasang 630 ribu ton secara signifikan untuk kaca lembaran, 5,8 juta meter persegi untuk kaca pengaman, dan 2,4 juta meter persegi untuk cermin. Kapasitas tersebut menunjukkan eksistensi Asahimas sebagai produsen kaca terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara.
"Arahan Presiden pada era covid-19, BKPM tidak hanya melayani investasi baru, namun juga investasi yang sudah ada dan yang akan melakukan ekspansi. Maka dari itu, tujuan BKPM ke sini untuk menindaklanjuti kendala-kendala dalam proses perluasan investasi Asahimas," tegas Bahlil.
Bahlil juga mengapresiasi konsistensi Asahimas yang terus produktif dalam masa pandemi covid-19. Kegiatan investasi yang terus berjalan membantu Indonesia dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Kami apresiasi atas dukungan dan layanan BKPM kepada perusahaan yang semakin membaik serta lebih responsif. Kami berharap pemerintah terus mendukung Asahimas sebagai pemain lama dalam produsen kaca dan dalam proses perluasan usaha ini,” ucap Wakil Presiden Direktur PT Asahimas Flat Glass Tbk Emanuel David Satria Soetedja.
Asahimas tercatat dalam sistem perizinan OSS (Online Single Submission) memiliki nilai investasi sebesar Rp3,7 triliun (sekitar USD254 Juta) dan telah mempekerjakan tenaga kerja dalam negeri sebanyak 3.000 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News