(kiri ke kanan) Ketua Tim Bioekonomi KKSDA Bappenas Adi Misda, CEO & Founder Cendekia Iklim Indonesia (CII) Agam Subarkah, Deputi PSDALH Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo, Direktur ANGIN Advisory Saskia Tjokro, Principal Policy & Program Indonesia Bus
(kiri ke kanan) Ketua Tim Bioekonomi KKSDA Bappenas Adi Misda, CEO & Founder Cendekia Iklim Indonesia (CII) Agam Subarkah, Deputi PSDALH Bappenas Leonardo A. A. Teguh Sambodo, Direktur ANGIN Advisory Saskia Tjokro, Principal Policy & Program Indonesia Bus

KEM Dukung Pemerintah Wujudkan Bioekonomi Bertanggung Jawab sebagai Alternatif Model Ekonomi Baru

Medcom • 04 Desember 2025 22:00
Jakarta: Sebagai salah satu strategi kunci transformasi ekonomi menuju Visi Indonesia Emas 2045 yang telah masuk dokumen perencanaan jangka panjang Indonesia (RPJPN), pengembangan bioekonomi yang bertanggungjawab perlu terus diperkuat. Untuk mempertajam konsep sekaligus arah pengembangannya, Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) turut mendukung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam pengukuhan kembali Indonesia Bioeconomy Initiative (IBI) yang diluncurkan Desember 2024 yang lalu lewat Workshop Bioekonomi Indonesia 2025 pada 4 Desember 2025 di Jakarta Pusat. 
 
Kegiatan ini menghadirkan aktor dari sektor yang beragam, mencerminkan ekosistem multipihak yang diperlukan untuk mendorong bioekonomi, mulai dari pemerintah, pelaku usaha dan komunitas, lembaga riset, investor, hingga sektor bisnis dan ekonomi makro, sehingga transformasi ini dapat berjalan secara menyeluruh dan berkelanjutan. 
 
Sebagai pembuka acara, Leonardo A. A. Teguh Sambodo, Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Bappenas, menekankan agar sejalan dengan agenda hilirisasi nasional, pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati di darat maupun laut harus dikelola secara bertanggung jawab untuk menambah nilai ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Kontribusi sektor berbasis bioekonomi terhadap PDB cukup signifikan. Setiap penambahan permintaan produk hayati sebesar 9% akan meningkatkan PDB sebesar 10%,” ujarnya.
 
Pandangan ini diperkuat oleh Nani Hendiarti, Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan, Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang menekankan bahwa saat ini Kemenko Pangan tengah mendorong model bioekonomi di sektor pangan khususnya untuk olahan pangan lokal yang dapat diperkuat melalui perhutanan sosial. Saat ini perhutanan sosial diberikan pada 1.38 juta Kepala Keluarga dan 65% dikelola dengan model agroforestry.
 
“Perhutanan sosial bisa menjadi ujung tombak untuk komoditas unggulan seperti kopi, madu dan tanaman pangan. Namun, belajar dari banyak negara mitra yang sudah berhasil dengan model social agroforestry - butuh kolaborasi untuk menjamin hak kelola masyarakat, pendampingan masyarakat dan akses modal serta pasar," kata Nani.
 
Sejalan dengan itu, Dadang Jainal Mutaqin, Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air (KKSDA) Bappenas, menegaskan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah inti pengembangan bioekonomi. Dalam Kerangka Bioekonomi Indonesia, masyarakat merupakan aktor utama yang memiliki tiga peran penting, yaitu produsen berbasis komunitas, mitra industri dalam hilirisasi dan inovasi, sekaligus penjaga ekosistem yang memastikan keberlanjutan.
 
Hal ini sejalan dengan tujuan bersama Koalisi Ekonomi Membumi untuk memastikan bahwa Indonesia bisa bergerak menuju model ekonomi nasional yang menyeimbangkan alam, kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan. 

Langkah Strategis Mengakselerasi Bioekonomi Nasional


Diskusi panel yang dipandu oleh Gita Syahrani, Ketua Dewan Pengurus KEM, menghadirkan perspektif lintas sektor yang mewakili seluruh rantai nilai bioekonomi. Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa/KOBUMI mengawali dengan menyampaikan realitas lapangan dan tantangan operasional di wilayah Indonesia Timur. Kemudian, Saskia Tjokro, Direktur ANGIN Advisory menawarkan perspektif preferensi investor berdasarkan hasil riset perdana mengenai investor appetite yang disusun oleh timnya. Selanjutnya, Agam Subarkah, CEO & Founder Cendekia Iklim Indonesia (CII), berbagi analisis riset kesiapan industri berdasarkan beberapa diskusi terpumpun sektoral yang telah dilaksanakan sebelumnya. Rebekka Angelyn, Principal Policy & Program Indonesia Business Council, memberikan pandangan pelaku usaha dan pasar global yang mencakup pentingnya peran riset pengembangan secara menyeluruh. Hal-hal tersebut kemudian diperkaya oleh Adi Misda, Ketua Tim Bioekonomi KKSDA Bappenas, yang membawa sudut pandang kerangka kebijakan bioekonomi nasional.
 
Hasil diskusi panel beserta tanggapannya menitikberatkan enam rekomendasi langkah strategis untuk mengakselerasi bioekonomi nasional. Pertama, memperkuat rantai nilai lokal dan hilirisasi produk di daerah asal agar pendapatan masyarakat meningkat. Kedua, mendorong diversifikasi komoditas serta pilot project di sektor kesehatan, kecantikan, farmasi, dan F&B  dengan dukungan teknologi dan AI. Ketiga, menghadirkan blended finance dan kemitraan publik-swasta-komunitas untuk memperluas akses modal dan mengurangi risiko investasi. Keempat, melindungi pengetahuan masyarakat adat dan kekayaan intelektual lokal agar manfaat langsung dirasakan komunitas. Kelima, memperkuat infrastruktur dan kapasitas lokal sehingga masyarakat bisa menjadi pelaku aktif hulu ke hilir. Keenam, menegakkan regulasi lingkungan dan pengelolaan lahan untuk memastikan bioekonomi berjalan inklusif dan berkelanjutan dengan titik berat konservasi dan restorasi ekosistem ekologis penting.

KEM sebagai Penjembatan Pemangku Kepentingan


Menariknya, selama diskusi berlangsung, para hadirin dari sektor swasta maupun pemerintah menyadari bahwa tantangan yang mereka hadapi saling terkait dan sebenarnya dapat diatasi melalui kolaborasi lintas sektor. Banyak solusi justru muncul ketika para pemangku kepentingan dipertemukan. Hal ini sekaligus menegaskan peran KEM sebagai penghubung yang menjaga agar dialog, koordinasi, dan sinergi multipihak, khususnya aktor kunci dalam rantai nilai bioekonomi, tetap berjalan. 
 
Menutup sesi, Fito Rahdianto, Executive Director KEM, menegaskan bahwa benang merah pengembangan bioekonomi harus dibangun bottom-up. 
 
“Memanfaatkan pembelajaran pilot, memperkuat teknologi tepat guna yang melengkapi pengetahuan lokal, serta memastikan hilirisasi yang adil untuk kesejahteraan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
 
Sepanjang acara para peserta menggunakan kartu partisipasi yang akan membantu Bappenas memetakan kebutuhan dan potensi kolaborasi dengan mitra lintas sektor untuk mendukung IBI, KEM berharap bioekonomi yang bertanggung jawab dapat diwujudkan secara konkrit melalui IBI sebagai wadah kolaborasi aktor rantai nilai dan memastikan dukungan payung kebijakan,  perencanaan, program dan anggaran yang tepat sasaran. 
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan