Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Kamis, 16 Mei 2024, kesepakatan rencana transaksi dengan total nilai mencapai Rp3,1 triliun itu dalam bentuk pengambilalihan 55.808.781 saham SCS milik SSIA senilai Rp169,8 miliar dan pengambilan seluruh saham baru yang akan diterbitkan SCS sejumlah 962.701.486 saham dengan nilai Rp2,9 triliun oleh APU.
Setelah dilakukannya rencana transaksi, SCS masih akan tetap menjadi perusahaan anak yang terkonsolidasi pada SSIA, dimana SSIA akan memiliki 1.771.928.821 saham pada SCS atau mewakili 63,5 persen dari seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam SCS.
Sebagai tindak lanjut, perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham atas rencana transaksi ini melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SSIA yang akan diselenggarakan pada 21 Juni 2024.
"Kami terus fokus mengembangkan bisnis SSIA guna mewujudkan visi kami building a better Indonesia. Salah satu strategi kami dalam mengembangkan bisnis adalah dengan menggandeng investor strategis yang memiliki visi dan tujuan yang sama," kata Presiden Direktur SSIA Johannes Suriadjaja.
"Kami sangat senang dapat bermitra dengan APU, dan kami optimistis hal ini dapat membawa SSIA menjadi lebih besar dan lebih banyak membawa manfaat bagi shareholder dan stakeholder kami," tambah Johannes.
Dengan adanya investor strategis melalui rencana transaksi ini, sambung dia, akan semakin memperkuat struktur permodalan SCS dengan mengurangi utang bank dan secara tidak langsung mengurangi biaya bunga serta menambah ekuitas yang akan membuat SCS menjadi lebih kompetitif.
"Dengan adanya tambahan dana dari Investor Strategis, SCS akan lebih cepat dalam pengembangan Kawasan Industri Subang Smartpolitan sehingga akan lebih menarik bagi para calon pembeli Kawasan Industri Subang Smartpolitan," terang Johannes.
Baca juga: BYD Bangun Pabrik Manufaktur Kendaraan Listrik di Subang Smartpolitan |
Kinerja bisnis SSIA
Saat ini, kinerja perseroan menunjukkan performa yang prima. Tiga bisnis utama SSIA diperkirakan akan berkinerja sangat baik pada tahun ini, khususnya dalam penjualan lahan industri yang menunjukkan siklus naik seperti 2010-2011.
SSIA melihat minat yang luar biasa dari investor terutama dari Tiongkok , untuk menanamkan investasi di Suryacipta City of Industry, Karawang serta Subang Smartpolitan.
Buktinya, pada 30 April 2024, salah satu pelopor global dalam industri kendaraan listrik (EV) yaitu BYD telah menjadi salah satu tenant utama Subang Smartpolitan. Saat ini, BYD menjadi penyewa terbesar pertama Subang Smartpolitan dengan menempati area lebih dari 108 hektare.
Pendirian pabrik EV oleh BYD di Subang Smartpolitan sendiri menandai langkah penting dalam mendorong mobilitas berkelanjutan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Sementara di Suryacipta City of Industry, Karawang, perusahaan motor listrik Tiongkok PT Yadea Teknologi Indonesia telah melakukan groundbreaking pabrik manufakturnya pada Senin, 13 Mei 2024 silam. Pabrik manufaktur Yadea di Suryacipta yang berdiri di area seluas 27 ha ini akan menjadi pabrik terbesarnya di Asia Tenggara dan merupakan pabrik Yadea kedelapan secara global.
Perkembangan positif ini mendorong Perseroan untuk menaikkan target penjualan pemasaran selama tahun ini untuk Suryacipta City of Industry Karawang dan Subang Smartpolitan dari 65 hektare menjadi 184 hektare (atau nilai penjualan setara Rp2,2 triliun).
Besarnya minat investor untuk masuk ke Suryacipta City of Industry Karawang dan Subang Smartpolitan berdampak positif pada kinerja PT Suryacipta Swadaya (SCS) pula. Pada kuartal I-2024, SCS melaporkan pendapatan sebesar Rp146,8 miliar, naik 85,8 persen dari Rp79,0 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan terutama disebabkan oleh adanya peningkatan penjualan tanah yang tercatat yaitu sebesar 1.192,2 persen (Rp67,6 miliar pada kuartal I-2024 dibandingkan dengan kuartal I-2023 yang hanya sebesar Rp5,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News