"Soal business plan, pertama Garuda harus untung. Kita tahu bikin untung, enggak usah gaya-gayaan, kita tahu. Tapi, selama ini kita terdesak bikin kami enggak untung karena ada banyak tekanan membuka rute," ungkapnya saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Kompleks Senayan, Rabu, 10 November 2021.
Adapun rute Garuda diturunkan dari 237 menjadi 140 rute atau ada 97 rute yang ditutup. Dari jumlah itu, salah satu rute penerbangan yang ditutup Garuda ialah Bandar Udara Internasional Juwata di Tarakan, Kalimantan Utara.
Irfan pun meminta pengertian soal penutupan ini untuk kepentingan bisnis maskapai itu yang tengah dirundung masalah finansial akibat utang yang mencapai USD9,8 miliar.
"Jadi bapak-bapak (di Komisi VI DPR) mohon dukungan, apabila kami bilang enggak, kita tutup, seperti di Tarakan. Saya bilang ini enggak untung. Maaf, bapak mending pilih pesawat lain atau lewat darat. Maaf, kita nggak bisa lakukan itu," ujar Dirut Garuda ini.
Begitu pun dengan rute internasional, seperti penerbangan ke Amsterdam, Belanda, lalu ke London, Inggris juga sudah ditutup sementara rutenya oleh Garuda akibat sepi penumpang. Sementara, Tiongkok, Australia dan negara lainnya masih dibuka karena dianggap menguntungkan perusahaan.
"Ke Tiongkok, Australia masih terbang, ini masih untung karena (mengangkut) isi kargo. Yang semua diterbangkan sekarang kebanyakan kargo. Itu pun terbangnya seminggu sekali. Jeddah kita masih tutup, Amsterdam juga," sebutnya.
Sebagian pesawat Garuda pun telah dikembalikan kepada lessor seperti pesawat Boeing 737 karena masalah utang penyewaan. Jumlah pesawat yang diterbangkan Garuda pun akan menurun drastis, dari 202 pesawat di 2019, menurun menjadi 134 pesawat di 2022.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menuturkan, dari 142 unit pesawat yang dimiliki Garuda, saat ini yang beroperasi hanya 50-60 unit. Pesawat tersebut dioperasikan di rute-rute potensial seperti ke bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News