"Kalau tidak serius ditangani kemungkinan 80 persen bisa menjadi 85 persen, bahkan 95 persen," ucap Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam acara Gathering Forum Wartawan Industri (Forwin) di Bandung, Jumat, 19 November 2021.
Putu memaparkan bahwa pada 2020, kebutuhan bahan baku susu industri dalam negeri sebanyak 3,85 juta ton (setara susu segar). Sementara, pasokan susu lokal hanya mampu memenuhi sebanyak 850 ribu ton.
Sisanya, sebanyak tiga juta ton bahan baku lainnya dipenuhi dari luar negeriku. Adapun susu segar diimpor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, serta whey.
Lebih lanjut, Putu mengungkapkan beberapa hal yang menghambat pengembangan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di sisi hulu. Antara lain, kualitas SSDN yang masih rendah karena cemaran bakteri patogen tinggi dan kadar padatan rendah.
Kemudian, kepemilikan sapi perah peternak rakyat hanya dua sampai tiga ekor sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Produktivitas sapi perah rakyat juga jauh di bawah produktivitas sapi di mega farm.
"Terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan untuk peternak rakyat juga menjadi penghambat. Di sisi lain, rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu masih tinggi. Lalu tingginya biaya pembesaran anakan sapi sampai laktasi mencapai Rp20 juta per ekor," urai dia.
Terkait hal tersebut, Kemenperin fokus untuk mendorong tumbuhnya industri pakan hijauan sebagai critical point dalam meningkatkan produksi susu segar. Ditjen Industri Agro pun terus berkomitmen untuk melakukan program integrasi antara koperasi peternak sapi lokal sebagai pemasok bahan baku susu segar dengan industri pakan hijauan.
"Pakan ternak yang perlu digenjot kuantitas dan kualitasnya adalah jenis ruminansia, yang terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin, dan mineral sebagai suplemen," jelasnya.
Pakan ternak hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan hasil samping pertanian, serta beberapa rumput introduksi sebagai rumput unggulan.
"Ruminansia ini untuk seratnya, sedangkan protein diperoleh dari leguminosa atau tanaman polong-polongan. Langkah ini mulai berkembang di Indonesia," imbuh dia.
Ia pun optimistis upaya tersebut juga dapat mendorong program substitusi impor. Upaya ini akan diwujudkan melalui pengembangan dan penguatan program kemitraan yang saling menguntungkan antara industri pengolahan susu dengan koperasi atau peternak sapi perah lokal.
"Kami menilai program kemitraan ini sangat penting. Contohnya peran dari Dairy Village yang dikelola oleh Frisian Flag Indonesia di wilayah Subang. Di fasilitas ini terdapat 104 sapi ternak yang berasal dari para peternak sapi lokal," pungkas Putu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id