Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi. Foto: dok Kemenperin.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi. Foto: dok Kemenperin.

Kemenperin Bidik Peluang Kulit Buaya, Harga Bisa Capai Rp30 Juta

Husen Miftahudin • 01 Januari 2021 15:13
Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengoptimalan potensi di berbagai daerah di Indonesia melalui kegiatan produksi industri. Langkah strategis ini guna meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal sehingga memacu perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.
 
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi mengatakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah adalah dengan pemanfaatan kulit buaya menjadi kerajinan kulit di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua. Pengolahan ini dikategorikan sebagai kerajinan kulit eksotik dan bernilai jual tinggi di pasar internasional.
 
Kulit buaya yang telah disamak dapat diolah menjadi produk kulit dengan nilai jual yang sangat tinggi mulai dalam bentuk dompet atau sabuk, dengan harga berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp30 juta untuk sebuah tas golf.

"Hal ini dikarenakan motif kulit buaya yang unik dan eksotis, sehingga cocok menjadi bahan baku produk fesyen. Kualitas kulit buaya turut menentukan tingginya nilai jual, untuk itulah proses penyamakan kulit harus benar-benar diperhatikan," ujar Doddy dalam siaran pers, Jumat, 1 Januari 2021.
 
Melihat peluang ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Mamberamo Raya bersinergi dengan Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta. Salah satu badan litbang di bawah BPPI Kemenperin ini juga menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) bidang kulit yang berusaha untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang pengolahan kulit buaya.
 
Kepala BBKKP Agus Kuntoro menyatakan bahwa pihaknya secara rutin mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis di bidang pengolahan kulit, bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah maupun pemerintah daerah, termasuk di bidang pengolahan kulit eksotik yaitu barang kerajinan dari kulit pari, ular, buaya, hingga sisik ikan.
 
"Pengolahan kulit eksotik salah satunya ada di Papua, karena bahan baku kulit buaya yang cukup banyak dan bagus kualitasnya. Kami pernah mengadakan pelatihan di Kabupaten Mamberamo beberapa bulan yang lalu. Dalam pelatihan tersebut kami membimbing masyarakat untuk melakukan penyamakan kulit buaya serta membuat kerajinan dari kulit buaya," papar Agus.
 
Dengan adanya pelatihan ini, lanjut Agus, setidaknya ada perubahan terhadap pola masyarakat, dari yang hanya menyetor kulit mentah ke pengepul menjadi pembuat kerajinan dari kulit buaya. "Hal ini tentunya mempunyai nilai tambah lebih besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan