Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan saat ini produksi bijih nikel di Tanah Air mencapai sekitar 60 juta ton per tahun. Untuk saat ini setengah dari produksi tersebut yang baru bisa diserap dan diolah oleh smelter di dalam negeri.
"Semelter sekarang ini bisa menyerap sampai sekitar 30 juta ton kapasitas inputnya. Kemudian kita itu produksi kita sekitar 60 juta ton. Ini bagaimana? Supply demand enggak seimbang," kata Yunus dalam konferensi pers, Senin, 20 Juli 2020.
Oleh karenanya pemerintah mendorong pembangunan smelter. Ia bilang pemerintah menargetkan dalam dua tahun ke depan serapan bijih nikel yang bisa diolah di dalam negeri akan bertambah menjadi sebesar 29 ton per tahun. Berarti volume yang akan bisa diolah menjadi 59 juta ton atau mendekati produksi nasional.
"Kita sedang merencanakan pengembangan smelter berikutnya. Kalau nanti sudah jadi di 2020, maka akan menyerap sekitar 29 juta ton (lagi)," jelas tutur Yunus.
Selain itu, kualitas penyerapan pengolahan bijih nikel juga akan semakin meningkat. Untuk nikel kadar rendah di bawah 1,5 persen nantinya digunakan teknologi hydrometalurgi atau (HPAL). Saat ini progres pengembangan HPAL telah mencapai sekitar 40 persen.
"Saya kira keseimbangan akan terjadi pada 2022, antara produksi tambang dan kapasitas input dari pada smelter," jelas Yunus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News