Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan usulan tersebut dipengaruhi oleh dinamika global seperti perubahan harga minyak dunia dan outlook internasional. Tahun depan harga minyak diperkirakan berada pada rentang USD42,63-USD47,88 per USD.
Kemudian memperhatikan kebijakan OPEC+ yang memangkas produksi minyak mentah hingga Juli serta tekanan harga yang belum sepenuhnya pulih.
"Dengan pertimbangan hal-hal ini maka pemerintah mengusulkan ICP USD40-USD50 per barel," kata Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jumat, 26 Juni 2020.
Arifin menambahkan lifting migas diusulkan sebesar 1,72 juta-1,91 juta barel setara minyak per hari (boepd) dengan rincian lifting minyak 677 ribu-737 ribu barel per hari (bph), dan lifting gas 1,08 juta-1,17 juta boepd.
Usulan lifting migas tahun depan lebih rendah dibanding tahun ini yang dipatok 1,94 juta boepd dalam APBN. Meskipun dalam outlook akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 1,69 juta boepd. Outlook tersebut terdiri dari lifting minyak 705 ribu bph dan gas 992 ribu boepd.
Untuk cost recovery diusulkan sebesar USD8,4 miliar-USD9,19 miliar. Usulan tersebut lebih rendah dari asumsi tahun ini yang sebesar USD10,2 miliar dengan outlook akhir tahun sebesar USD8,12 miliar.
Selanjutnya untuk volume BBM subsidi diusulkan sebesar 15,79 juta hingga 16,30 juta kilo liter (KL) terdiri dari minyak tanah sebesar 480 ribu hingga 500 ribu KL serta solar sebesar 15,31 juta hingga 15,80 juta KL.
Kemudian volume LPG 3 Kg diusulkan sebesar tujuh juta metrik ton sama seperti alokasi di tahun ini. Untuk subsidi solar diusulkan sebesar Rp500 per liter dan subsidi listrik diusulkan pada kisaran Rp50,31 triliun hingga Rp54,98 triliun.
Adapun dalam APBN 2020, asumsi ICP ditetapkan sebesar USD63 per barel realisasi hingga Mei sebesar USD40,36 per barel dan outlook akhir tahun sebesar USD33 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id