Jonan mencontohkan kondisi tersebut pada proyek pengembangan Lapangan Gas Abadi Blok Masela yang ditargetkan akan meningkatkan cadangan migas Indonesia sebesar 300 persen pada 2027. Blok yang memiliki total kapasitas produksi gas setiap tahunnya sebesar 10,5 juta Metrik Ton (MT) per tahun itu telah dibahas sejak puluhan tahun bersama investor sebelum nantinya digunakan.
"Blok Masela yang berproduksi 2020 atau 2027 itu dibahasnya itu 20 tahun yang lalu," kata Jonan dalam diskusi virtual bertajuk 'Industry Roundtable Resources, Mining and Energy', Selasa, 14 April 2020.
Pengembangan Blok Masela yang bakal menelan investasi sekitar USD20 miliar itu juga telah dikebut Pemerintah dengan meminta Inpex bisa produksi atau onstream pada 2026. Satu di antara tujuan percepatan tersebut agar negara bisa mendapatkan penerimaan lebih cepat.
"Ini long term industri yang tidak mungkin impact besar diakibatkan wabah pandemi setahun dua tahun, investasi jalan terus," ungkapnya.
Lebih lanjut, Jonan menyebut dampak covid-19 di sektor energi baru terasa di sektor hilir. Harga minyak dunia turun beberapa pekan terakhir muncul diakibatkan permintaan konsumsi yang juga ikut melemah.
"Artinya apa, kali ini dengan adanya pandemi demand supply akan berpengaruh. Kalau demand kecil, kalau ditanya Pertamina Retail pasti turun banyak," ungkapnya.
Meski sulit ditanggulangi, lanjut Jonan, rendahnya konsumsi energi masih ada sisi baik. Emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar fosil beberapa pekan terakhir turun tajam terutama di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta.
"Kalau penurunan emisi tinggi berarti demand energi turun. Kita mesti apa? Oil and gas nothing that we can, kalau gas tidak bisa ditutup, tapi kalau minyak masih bisa dikendalikan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News