Sejumlah ekonom menyuarakan agar masyarakat Indonesia lebih bijaksana ketika diajak untuk memboikot produk tertentu. Jangan sampai dimanfaatkan pihak tertentu hanya untuk tujuan persaingan usaha.
Ekonom Mumtaz Foundation dan dosen senior bidang sejarah ekonomi di Institut Agama Islam Tazkia, Nurizal Ismail, meminta masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk lebih lebih mengedepankan label halal dari sebuah produk.
"Yang wajib dilihat itu adalah syarat halalnya sudah terpenuhi belum dari badan jaminan produk halal. Jadi, jangan mengait-ngaitkan dengan negara-negara yang tengah berkonflik saat ini. Itu hal yang berbeda," kata Nurizal melalui keterangan tertulis, Kamis, 26 Oktober 2023.
Dia mencontohkan produk seperti McDonald, KFC, hingga Starbucks yang sudah memenuhi syarat halal. Produk-produk keluaran merek itu pun sudah memiliki sertifikasi halalnya.
"Kita sebagai umat Muslim kan boleh membelinya karena sudah menjadi produk halal," ujar dia.
Waspada penumpang gelap
Belakangan, muncul gerakan boikot produk seiring adanya konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina. Menurut Nurizal, gerakan boikot ini sebagai bentuk ungkapan emosional gerakan kemanusiaan untuk solidaritas terhadap apa yang dilakukan Israel terhadap warga muslim di Palestina. Tapi di sisi lain, aksi itu juga bisa merugikan masyarakat Indonesia."Akan ada trade-off. Ketika kita memboikot produk-produk mereka, maka akan ada yang dirugikan. Pastinya adalah masyarakat Indonesia sendiri. Misalnya, ketika terjadi penurunan pembelian dari produk-produk yang diboikot tersebut, maka akan terjadi pengurangan lapangan pekerjaan," kata dia.
Nurizal mengatakan yang boleh memberikan fatwa boikot itu adalah pemerintah. Kalau pemerintah memberikan fatwa tersebut, masyarakat bisa mengikutinya.
"Namun, pernyataan boikot itu datang dari individual-individual atau kelompok-kelompok masyarakat tertentu," kata dia.
Dia menduga jangan-jangan isu ajakan boikot terhadap perusahaan-perusahaan sekutu Israel di media sosial itu hanya hoax yang dibuat oleh perusahaan tertentu yang sengaja untuk menjatuhkan perusahaan lain. Menurutnya, hal itu bisa saja terjadi.
"Bisa jadi ada ‘penumpang gelap’ yang sengaja memanfaatkan konflik ini untuk menjatuhkan perusahaan lain," ujar dia.
Ada alternatif lain
Selain gerakan boikot, Nurizal mengatakan ada alternatif lain yang bisa dilakukan untuk isu konflik Palestina dengan Israel. Tanpa merugikan masyarakat itu sendiri."Bisa dengan gerakan divestasi, misalnya. Kita secara sadar menarik investasi dari perusahaan yang memang mendukung gerakan Israel," kata dia.
Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan aksi boikot justru akan berdampak terhadap masyarakat Indonesia sendiri.
"Boikot itu hanya akan merugikan ekonomi kita. Membuat tenaga kerja di perusahaan-perusahaan yang produk-produknya diboikot, banyak menganggur,” kata dia.
Baca: Aksi Boikot Produk Prancis Jangan Sampai Rugikan Pedagang Kecil
Ahmad mengatakan ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memprotes aksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina selain aksi boikot. Misalnya, dengan menyerukan agar Israel segera menghentikan aksi militernya ke Palestina.
"Karena, restoran-restoran atau perusahaan yang mereknya dari Amerika atau negara yang disebut sekutu Israel itu, bahan bakunya kan tidak langsung dikirim dari sana. Artinya, industrinya itu kan sudah dilokalisasi semua. Jadi, kalau diboikot, itu sama saja merugikan masyarakat kita sendiri," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id