Direktur Indra Karya Eko Budiono. Foto: Medcom.id/Husen.
Direktur Indra Karya Eko Budiono. Foto: Medcom.id/Husen.

Raup Nilai Kontrak Rp800 Miliar, Indra Karya Incar Pendapatan Rp250 Miliar

Husen Miftahudin • 27 Maret 2024 11:37
Jakarta: PT Indra Karya (Persero) mengincar untuk meraih pendapatan sebanyak Rp250 miliar di tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan raihan nilai kontrak potensial yang dibukukan perusahaan sebesar Rp800 miliar.
 
"Pendapatan 2024, kita naikkan dari Rp210 miliar menjadi Rp250 miliar. Artinya ada pertumbuhan 20 persen sesuai dengan arahan kementerian (BUMN)," ucap Direktur Indra Karya Eko Budiono dalam acara Talkshow dan Buka Bersama di Vasaka Hotel Jakarta, dikutip Rabu, 27 Maret 2024.
 
Tak hanya soal nilai kontrak dan pendapatan yang dibidik bertumbuh, perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang jasa konsultasi rekayasa (engineering) itu juga mengincar pertumbuhan laba yang cukup signifikan.
 
"Dari sisi laba kita juga akan mendorong lagi, dari Rp13 miliar (tahun lalu) kurang lebih menjadi Rp16 miliar (tahun ini)," kata Eko meyakinkan.
 

Fokus sumber daya air

 
Adapun kontrak-kontrak yang akan digarap Indra Karya utamanya menyasar pada sumber daya air, mengingat masalah banjir yang tak kunjung kelar setiap tahunnya.
 
Hal ini mengingat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang akan menggarap pembangunan sekitar 100 Proyek Strategis Nasional (PSN) pada tahun-tahun mendatang.
 
Kondisi ini membuat Indra Karya tertantang untuk menyeimbangkan proyek pembangunan infrastruktur dengan pengendalian dan pengembangan sumber daya air.
 
"Itu menjadi tantangan kami untuk bisa terus menjaga sumber daya air ini tetap menjadi penyeimbang, atau menjadi pondasi untuk ketahanan pangan kita," tegas Eko.
 
Baca juga: Jaga Ketersediaan Pangan, IFG Tebar 1.500 Paket Sembako di Jakarta
 

Sumber dana

 
Eko menambahkan, sumber dana perusahaan dalam menggarap sejumlah proyek berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kementerian BUMN, dan swasta, dengan porsi masing-masing 40 persen, 30 persen, dan 30 persen.
 
"Kalau dulu APBN masih mendominasi. Jadi ini yang menjadi risiko kami sebenarnya sehingga mau tidak mau kita harus mengubah mindset itu, supaya mendorong kami melakukan inovasi yang lebih kuat lagi," tutur Eko.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan