"Hari ini, kita masih dalam proses untuk menyusun 2021. Tapi untuk bisa menyusun APBN 2021 kita harus melihat kondisi di 2020, karena perubahan yang sangat banyak yang terjadi hampir dua setengah bulan ini," ungkap Sri Mulyani, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 9 Maret 2020.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya terjadinya wabah virus korona yang sampai hari ini harus melihat perkembangannya dan dampak ekonominya di dalam negeri. "Terutama juga dari luar negeri yang merembes ke dalam negeri," katanya.
Kedua, lanjut Menkeu, dilihat dari sisi harga minyak yang terjadi dinamika antara Arab Saudi dan Rusia. Serta dari sisi OPEC dan non-OPEC yang menyebabkan harga minyak turun sangat drastis dalam dua hari terakhir.
"Kekhawatiran mengenai covid-19 di seluruh dunia ini telah mengakibatkan koreksi sangat tajam di pasar keuangan, jadi kita harus mengantisipasi dampaknya terhadap lembaga-lembaga keuangan, apakah itu dari sisi penyaluran kredit, apakah dari sisi performance kredit dan juga dari sisi kemampuan menghadapi situasi," bebernya.
Oleh karena itu, pada 2020, pemerintah akan terus menggunakan instrumen fiskal. Dia mengakui, saat ini suasananya memang sangat dinamis, namun pemerintah akan tetap mencoba merumuskan kebijakan fiskal untuk meminimalkan dampak negatif yang berasal dari covid-19.
"Di sisi lain, penerimaan kita dari sisi migas maupun pajak yang lain pasti akan juga mengalami tekanan kalau dari sisi komoditas harganya turun dan kegiatan ekonomi melemah seperti yang terdampak covid-19 seperti yang terlihat sampai saat ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id