Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP-27 UNFCCC). Foto Istimewa.
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP-27 UNFCCC). Foto Istimewa.

Pupuk Indonesia Dukung Target Pengurangan Emisi Karbon Pemerintah

Husen Miftahudin • 16 November 2022 17:51
Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) berkomitmen mendukung target penurunan emisi karbon dan net zero emission (NZE) pemerintah yang ditargetkan tercapai pada 2060. Perusahaan telah memiliki tim dekarbonisasi yang menyusun peta jalan dekarbonisasi PI Grup dan terus menjalankan inisiatif strategis seperti efisiensi proses dan revitalisasi pabrik existing.
 
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto menyampaikan, perusahaan juga akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia sebagai energi carrier untuk hydrogen. Berdasarkan dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), Pemerintah Indonesia menaikkan target pengurangan emisi menjadi 31,89 persen di 2030 secara swadaya dan 43,20 persen dengan dukungan internasional.
 
"Pupuk Indonesia sebagai salah satu BUMN mendukung target pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi yang tertuang dalam NDC dan net zero emission 2060," ucap Nugroho pada gelaran Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP-27 UNFCCC) dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 16 November 2022.

Nugroho menjelaskan, amonia selama ini telah menjadi sumber utama untuk pupuk nitrogen dan sangat diperlukan oleh tanaman. Amonia yang dikenal saat ini, yang disebut dengan grey ammonia, membantu pencapaian zero hunger 2030 dalam Sustainable Development Goals.
 
Namun, proses produksi grey ammonia menimbulkan emisi yang berasal dari bahan baku energi fosil dan proses pembakaran energi fosil untuk menghasilkan panas dengan temperatur tinggi. Dekarbonisasi untuk industri pupuk secara teknis memungkinkan namun membutuhkan terobosan dari sisi teknologi, perubahan preferensi pelanggan dan tentunya terobosan regulasi.
 
Melihat tantangan dan peluang yang ada, PI akan melakukan pengembangan blue ammonia dan green ammonia. Diproyeksikan kebutuhan blue dan green ammonia akan mulai berkembang di 2030 dan terus meningkat hingga 2060. Demand pada 2060 akan mencapai tujuh juta ton ekuivalen hidrogen, yang mencakup 50 persen kebutuhan shipping fuel, tujuh persen kebutuhan bahan bakar truk dan empat persen sektor tenaga listrik.
 
Peluang blue ammonia terbilang cukup besar dengan adanya kebutuhan Pemerintah Jepang melakukan co-firing ammonia pada pembangkit listriknya. Diproyeksikan kebutuhan blue ammonia Pemerintah Jepang sebesar tiga juta ton pada 2030 dan meningkat menjadi 30 ton pada 2050.
 
Baca juga: Luhut: Investasi USD20 Miliar Wujudkan Ekonomi Berkelanjutan

 
Sementara itu, pengembangan green ammonia sangat bergantung pada akses listrik murah tanpa karbon. Pemerintah sedang mempercepat pengembangan energi terbarukan dan pangsa energi terbarukan sebagai pasokan energi primer telah meningkat hingga 63 persen. Ini akan bermanfaat bagi industri dan tentunya untuk industri pupuk.
 
Untuk mencapai pengurangan emisi industri yang signifikan, Pupuk Indonesia Group telah berkomitmen dan menjalankan berbagai inisiatif sejak dekade terakhir. "Melalui revitalisasi industri pupuk, kami telah membangun pabrik Pupuk Kaltim-5 di Bontang, Pusri-IIB di Palembang, dan Amurea II di Gresik. Pabrik baru dengan teknologi terbaru ini mengelola efisiensi energi dan mengarahkan kami untuk memenuhi target NDC dibandingkan dengan bisnis seperti biasa," imbuh Nugroho.
 
Selain itu, Pupuk Indonesia juga mengembangkan kawasan berbasis energi bersih, KEK Arun dan Kluster Industri Hijau IMIA, merupakan dua proyek Pupuk Indonesia di Aceh. Pupuk Indonesia akan memimpin pengembangan KEK Arun. Bersama PLN, Pupuk Indonesia juga akan mengembangkan zona kimia bernama Green Industry Cluster IMIA seluas 130 ha dan akan membangun pabrik baru blue dan green ammonia di zona ini.
 
Disampaikan Nugroho, beberapa tantangan dalam pengembangan blue dan green ammonia di antaranya kebutuhan dukungan regulasi dan kebijakan implementasi CCS untuk industri, integrasi pengembangan green ammonia dengan sumber EBT, insentif finansial agar produk amonia tetap kompetitif di pasar global karena produk ini merupakan produk komoditas dan pentingnya riset-riset CCS yang lebih advanced serta sertifikasi low-carbon ammonia untuk perdagangan energi internasional.
 
"Kami percaya dengan semua inisiatif di atas, kami mendukung pencapaian target NDC pada 2030 dan 2060. Aksi perubahan iklim yang lebih intensif memerlukan kolaborasi seluruh stakeholders terkait, Let's take stronger climate action together," pungkasnya.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan