Tanaman penghasil minyak nilam. Foto: Heritagegarden.
Tanaman penghasil minyak nilam. Foto: Heritagegarden.

Bisa Cuan USD400 Juta, Ramai-ramai Produksi Minyak Atsiri Buat Parfum

Arif Wicaksono • 08 Maret 2023 11:45
Jakarta: Pelaku industri pengolahan minyak atsiri sedang mengembangkan kapasitas produksinya sebagai bahan baku untuk pembuatan parfum serta komoditas lainnya.
 
Dewan Atsiri Indonesia (DAI), Asosiasi Flavor dan Fragran Indonesia (AFFI), International Fragrance Association (IFRA) yang berbasis di Swiss sepakat menjalin kemitraan untuk mengembangkan dan mendokumentasikan studi kasus praktik untuk sumber daya nilam yang berkelanjutan di Indonesia.  
 
baca juga: Bibit Parfum Berkonsentrat Tinggi Semakin Diminati

Hal ini penting mengingat keanekaragaman jenis tanaman atsiri di Indonesia sangat tinggi, khususnya tanaman atsiri tropis. Ada 97 jenis tanaman minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia. Menurut DAI sekitar 25 tanaman telah dikembangkan secara komersial menjadi industri minyak atsiri hulu sampai dengan hilir.

Minyak atsiri bernilai ekonomis

Minyak atsiri asal Indonesia memiliki nilai ekonomis tinggi dengan nilai ekspor mencapai USD400 juta atau mencapai 90 persen dari pasar global dengan melibatkan 3.000 industri kecil penyulingan dan 200 ribu petani. Namun tren produksinya mengalami penurunan untuk jenis minyak nilam selama dua tahun terakhir.
 
Ketua DAI Irdika Mansur mengatakan proyek kolaboratif ini bertujuan untuk mengatasi masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilai fragrance melalui kerja sama dengan industri minyak atsiri, dan dengan fokus khusus pada nilam dan produk turunannya.

"Proyek ini akan melibatkan pelaku industri, lembaga akademik dan penelitian, komunitas lokal, serta petani dari berbagai daerah di Indonesia, guna memastikan keberhasilan dalam implementasinya," ujar Irdika Mansur dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 8 Maret 2023.
 
Sebagai tanda dimulainya kemitraan, para wakil ketiga pihak telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) Sustainable Patchouli, yaitu Ketua Dewan Atsiri Indonesia Irdika Mansur, Presiden IFRA Martina Bianchini, dan Presiden AFFI Hanny Wijaya.
 
Presiden IFRA Martina Bianchini mengatakan sebagai organisasi global, IFRA memiliki komitmen jangka panjang terhadap penggunaan wewangian yang aman dalam kehidupan sehari-hari.

Kolaborasi global 

IFRA, bersama dengan Organisasi Industri Flavour Internasional (IOFI), sudah meluncurkan Sustainability Charter yang menetapkan kerangka kerja kolektif untuk mengatasi masalah dan peluang keberlanjutan di sepanjang rantai nilai industri flavor dan fragran.
 
"Memasuki ulang tahun ke-50, kami berusaha untuk menjadi model kolaborasi global dalam penggunaan wewangian yang aman, mulai dari sumber yang bertanggung jawab hingga barang jadi. IFRA akan terus mendukung perkembangan industri wewangian di seluruh dunia melalui penggunaan wewangian yang aman dan berkelanjutan," jelasnya.
 
Bianchini menyatakan IFRA mendukung peningkatan kapasitas untuk praktik-praktik berkelanjutan dalam mencari dan memanfaatkan sumber bahan wewangian.
 
Tujuan kemitraan ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran, pendidikan dan kesejahteraan melalui penelitian, serta bertindak secara bertanggung jawab untuk melindungi konsumen dan lingkungan. Sebagai bagian dari upaya ini, IFRA akan mendanai studi kasus tanaman nilam di Indonesia hingga akhir 2024.

Menguntungkan pelaku industri

Ketua Dewan Atsiri Indonesia Irdika Mansur juga mengatakan kerja sama multipihak ini merupakan langkah strategis DAI dalam memajukan industri minyak atsiri sebagai penyedia bahan baku utama untuk wewangian di Indonesia.
 
“Proyek nilam ini akan menguntungkan semua pemangku kepentingan di industri minyak atsiri,” tambahnya.
 
Pada kesempatan ini, Presiden AFFI Hanny Wijaya menyatakan sebagai asosiasi nasional anggota IFRA, AFFI mendukung inisiatif Sustainability Charter dari IFRA dan IOFI.
 
"Oleh karena itu, AFFI berada pada posisi yang tepat untuk memperluas kebutuhan dan kepentingan industri perisa dan wewangian di Indonesia di hampir semua aspek Proyek, serta melaksanakan tugas  proyek dengan memahami budaya dan kearifan lokal," jelas dia.

Menyepakati standar produk

AFFI memiliki pemahaman yang cukup komprehensif tentang tantangan yang dihadapi oleh para penanam, penyuling, produsen dan pemasar/eksportir minyak atsiri, termasuk Nilam, dan berkontribusi pada solusi yang berkelanjutan.
 
Selama pelaksanaan proyek ini, DAI akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan bahwa kegiatan proyek sesuai dengan standar keberlanjutan yang disepakati semua pihak.
 
DAI akan melaksanakan proyek studi dan pengembangan nilam, dan ketiga pihak akan mendokumentasikan studi kasus dan praktik terbaik untuk pengembangan nilam sebagai sumber bahan alami yang berkelanjutan.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan