Ketua Umum Pergizi Pangan yang juga Guru Besar IPB, Hardinsyah mengatakan, stunting tidak saja berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang, tetapi juga kemampuan kognitif anak. Karena itu, untuk mencegah stunting sejak awal masa kehamilan, ibu perlu memperbanyak konsumsi pangan hewani seperti ikan, daging, susu. Bahkan, di beberapa daerah dan negara, konsumsi ulat serangga, juga dilakukan karena tinggi protein hewaninya.
"Keunikan pangan hewani ini kaya protein, kaya vitamin mineral, kaya asam lemak tertentu, nilai manfaat biologis lebih baik, juga cita rasa enak," ucap Hardiansyah, dalam Media Briefing: Peringatan Hari Gizi Nasional 2023 bertajuk "Protein Hewani Cegah Stunting" yang dilaksanakan Kemenkes, dikutip Jumat, 17 Februari 2023.
Makanan protein hewani, juga memiliki keunikan masing-masing. Seperti ikan yang kaya asam lemak esensial. Protein hewani juga dapat diserap tubuh secara lebih efisien, meski kemudian dari manfaatnya akan juga bergantung dari sisi pengolahannya.
"Bisa bentuk sederhana tanpa panas, seperti di Jepang, tanpa olahan, bentuk segar. Di Indonesia, lebih variatif seperti dibakar, digoreng, atau dengan bumbu kuat, seperti di Sumatra Barat," ucapnya.
Disampaikan Hardiansyah, dengan konsumsi protein hewani yang baik dan cukup, juga akan berpengaruh pada tingkat pembentukan kekuatan kepadatan tulang rawan, yang tak lain cikal bakal pembentukan tulang pada janin. Komposisi utama nonmineral dalam tulang rawan adalah kolagen, komposisi asam amino tertentu, yang banyak ditemui di makanan dengan protein hewani.
"Kalau tidak ingin ibu-ibu keriput cepat, ayo ikut cegah stunting, konsumsi protein hewani karena itu juga cegah penuaan dini, perbanyak kolagen. Pangan susu, telur, lauk pauk, bila dikonsumsi ibu hamil mampu mencegah janin bayi lahir stunting," ucap Hardiansyah.
Baca juga: Manfaat Cokelat dan Daun Kelor untuk Pencegahan Stunting |
Sumber makanan lokal
Ketua Anggota Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Rudatin menambahkan, pemberian protein hewani pada saat ibu hamil untuk mencegah stunting, perlu diberikan secara tepat, dan sesuai kebutuhan gizinya. Kata dia, pemberian ASI eksklusif bagi bayi sampai usia enam bulan wajib karena bisa mencegah stunting. Sementara pada usia 6-23 bulan, bayi perlu diberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang padat gizi sesuai kebutuhan, pemberian bertahap sesuai kapasitas lambungnya.Pemberian makanan protein hewani, juga makanan tinggi gizi yang memang dibutuhkan dari ketersediaan sumber makanan lokal. Juga tetap diberikan sayur buah yang ada di wilayah masing-masing dan diberikan sumber protein tinggi yang ada di Indonesia seperti ikan, misalnya ikan air tawar ikan laut, kerang tripang, dan lain-lain.
Disampaikan Rudatin, salah satu kendalanya, saat ini seringkali dalam pemberian MPASI tidak beragam, karena itu perlu dilakukan edukasi gizi dini terutama berbagai produk lokal dengan kandungan protein tinggi untuk pemenuhan zat gizi.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan, level pertumbuhan anak akan semakin baik, ketika kadar asam amino di dalam darah cukup tinggi, yang sumbernya berasal dari protein hewani, bukan nabati.
Protein hewani bisa digunakan untuk mendukung pencegahan stunting. Karena itu, untuk pencegahan, maka tata laksana konsumsi protein hewani sangat diperlukan. "Kami dukung upaya pengentasan upaya stunting. Mudah-mudahan anak Indonesia bebas stunting, dan target di 2024 bisa tercapai menjadi 14 persen, dengan upaya semua pihak, dan edukasi massif," ucapnya.
Baca juga: Presiden Tegaskan Persoalan Stunting Mesti Diselesaikan |
Percepatan penurunan prevalensi stunting
Di sisi lain, Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (Appnia) menyampaikan dukungan penuh dalam pemberian gizi protein hewani, sebagai salah satu upaya untuk mencegah stunting. Ketua Umum Appnia Vera Galuh Sugijanto menjelaskan pentingnya peran aktif bersama seluruh pemangku kepentingan hingga masyarakat, agar upaya pemerintah untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting dapat berjalan sesuai target."Pemenuhan gizi seimbang di dalam keluarga menjadi faktor utama yang akan menentukan keberhasilan program penanganan stunting di Tanah Air. Visi dan misi Appnia adalah membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Caranya melalui penyediaan layanan dan akses terhadap pangan bergizi, terjangkau,dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah, termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program yang sesuai dengan etika berusaha yang baik," jelas dia.
APPNIA juga senantiasa mendukung pemenuhan gizi di Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045 sebagai kekuatan utama bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan maju di 2045. Untuk mencapai generasi masa datang yang sehat dengan kemampuan intelegensi yang kuat, dibutuhkan asupan nutrisi yang optimal.
"Ini tentunya mimpi bagi kita semua, agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang jauh lebih besar, dan jauh lebih sehat, yang benar-benar terlihat di peta dunia," sambungnya.
Disampaikan Vera, salah satu wujud nyata atas dukungan APPNIA terhadap pemenuhan gizi dan pencegahan stunting, saat ini beberapa perusahaan anggota APPNIA telah berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan terkait dalam melakukan berbagai program berkelanjutan di tingkat komunitas berupa program edukasi, peningkatan kapasitas, maupun intervensi pemenuhan gizi yang dilakukan di berbagai daerah sesuai dengan rujukan ilmiah yang berdasar.
APPNIA pun berkomitmen untuk mendukung program ASI Eksklusif dimana dibuktikan dengan adanya kemudahan bagi para karyawan perusahaan anggota APPNIA, untuk mendapatkan cuti melahirkan agar fokus merawat buah hati.
"Karena kami sadar gizi yang baik, didukung dengan gaya hidup sehat dan edukasi kesehatan yang menyeluruh akan menciptakan anak Indonesia yang sehat, tangguh, cerdas, serta terbebas dari stunting," tegas Vera.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News