"Dari data yang beredar hanya 17 persen pemuda yang mendapat pekerjaan kurang dari satu bulan setelah lulus kuliah, 30 persen pemuda baru bisa dapat pekerjaan selama 1 tahun. Nah, harus gunakan waktu itu untuk reinvestment," ungkapnya, Selasa, 24 Agustus 2021.
Terdapat beberapa pertimbangan para perekrut kerja yang saat ini menjadi hambatan sebagian orang untuk mendapat pekerjaan. Salah satunya adalah persyaratan kesehatan.
"Perekrut kerja sekarang lebih mengutamakan kesehatan. Kadang ada pemuda yang sebenarnya masuk kualifikasi, tapi ternyata dia obesitas, gula darah, atau ada yang terbiasa kerja malam," ujarnya.
Selain kesehatan, pemuda juga dihadapi dengan era disrupsi, dimana 80 persen ilmu di kampus sudah kurang relevan dengan yang dibutuhkan dunia kerja. Pelamar kerja harus punya kemampuan belajar sendiri.
Adapun investasi diri yang dimaksud mencakup penambahan wawasan melalui sektor informal dalam bidang pendidikan. Pasalnya, perekrut kerja saat ini sudah tidak berorientasi pada gelar, melainkan apa kontribusi yang dibuat selama mengecap pendidikan.
Menurut Rhenald, industri ke depannya akan menitikberatkan pada sektor kesehatan, digital, dan outdoor economy. Pemuda dapat mulai mengasah kemampuannya dalam bidang ini karena permintaannya akan sangat besar di Indonesia.
Sementara itu, pekerjaan yang bisa digantikan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan berangsur-angsur hilang. Profesi tersebut antara lain, teller perbankan, jurnalis, dosen, akuntan, kasir, polantas, driver/pilot, bahkan tentara.
"Jangan andalkan ilmu dari pendidikan formal. Jaman sekarang, banyak orang yang berpendidikan tinggi sekalipun belum tentu bisa bekerja. Intinya, bagaimana kita mempersiapkan diri dengan kebutuhan pekerjaan baru," pesan dia. (Mentari Puspadhini)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id