Jakarta: Program bantuan sosial tunai (bansos tunai/BST) tidak kunjung turun meskipun sudah memasuki akhir Juni. Pemerintah terlihat tidak satu suara ketika ditanyakan kepastian pencairan BST.
Program bantuan yang ditujukan kepada masyarakat terdampak pandemi tersebut, sebetulnya berakhir pada April lalu. Kemudian, pemerintah memutuskan memperpanjang BST selama dua bulan, yakni Mei dan Juni.
Keputusan BST diperpanjang disampaikan pertama kali oleh pihak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), melalui Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha, pada 19 Mei. Alasannya, pemerintah memperhatikan situasi perekonomian terkini, dan pemerintah berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Tidak lama kemudian, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini merespon keputusan tersebut. Risma malah mengaku belum menerima arahan resmi dari Kemenkeu, sehingga dia enggan membicarakannya lebih lanjut.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan BST seperti tidak ada kepastian. Baik dari Kemensos dan Kemenkeu. Dari pihak Kemenkeu sempat menjawab BST sedang dalam proses pembahasan. Malahan, Risma sempat mengatakan ada permasalahan di Kemenkeu yang menyebabkan bantuan senilai Rp300 ribu itu belum cair.
Ketika sudah memasuki akhir Juni, Medcom.id kembali menanyakan kembali soal kepastian BST. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Rahayu Puspasari mengatakan, pihak Kemensos sebetulnya belum mengajukan secara resmi untuk memperpanjang BST.
"Kemensos masih fokus pada pemadanan data pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Pengusulan pencairan BST akan disampaikan ke Kemenkeu sesudahnya," kata Rahayu kepada Medcom.id, Sabtu, 26 Juni 2021.
Namun, Rahayu tidak menjawab pertanyaan ketika Medcom.id menanyakan apakah Kemensos belum mengajukan semenjak perpanjangan BST diputuskan. "Dicek ke Kemensos pastinya," kata Rahayu.
Sebenarnya hal ini cukup mengejutkan. Hal ini semakin mengejutkan ketika Medcom.id mencoba mengonfirmasi ke Kepala Biro Humas Kemensos Hasyim. Dia malah terkejut perpanjangan BST selama dua bulan diumumkan oleh Kemenkeu.
"Sebetulnya saya baru tahu. Sejauh ini memang tidak ada arahan dari ibu Mensos (Risma) untuk memperpanjang," kata Hasyim, saat dihubungi Medcom.id
Hal ini semakin terasa janggal. Medcom.id mencoba mengonfirmasi kepada Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kunta Wibawa Dasa Nugraha. Untuk menanyakan, apakah ketika BST diputuskan diperpanjang sudah melakukan koordinasi dengan pihak Kemensos.
Namun, Kunta juga tidak menjawab pertanyaan tersebut. "Tunggu saja perkembangannya mas," kata Kunta, kepada Medcom.id.
Hal ini seperti menunjukkan koordinasi yang tidak lancar, sehingga menimbulkan persepsi adanya keputusan sepihak. Pada satu sisi, Mensos Risma juga belum lagi menyampaikannya sikapnya hingga saat ini.
KPM mulai kecewa
Masyarakat, dalam hal ini keluarga penerima manfaat (KPM) sudah merasa kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak kunjung memberikan kepastian. Terlebih, kondisi ekonomi yang semakin terpuruk akibat pandemi.
Salah satu KPM, Yeyen, asal Kecamatan Sumur Batu, Bandung, Jawa Barat, merasa kecewa dengan pemerintah yang tidak kunjung menurunkan BST hingga saat ini. Sudah dua bulan ini dia menantikan BST dicairkan atau disalurkan melalui Pos Indonesia.
"Kecewa sekali untuk sekarang ini. Sekarang sudah tidak ada lagi beras dan telur juga. Saya berharap pemerintah dapat mempercepat (pencairan BST)," ujar Yanti.
Yanti bercerita, jualannya saat ini juga kurang laku pada masa pandemi. Penghasilan suaminya sebagai buruh lepas juga tidak stabil pada masa sulit ini.
"(Pandemi) Berpengaruh sekali karena tidak bisa ke mana-mana. Jadi kalau (dagangan) ada yang beli, ya baru dapat uang. Untuk makan juga apa adanya saja," keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id