PLN memperkenalkan teknologi SuperSUN untuk menerangi daerah 3T dengan energi bersih. Foto: PLN.co.id
PLN memperkenalkan teknologi SuperSUN untuk menerangi daerah 3T dengan energi bersih. Foto: PLN.co.id

Mengejar Matahari, Menginspirasi Dunia lewat Energi Bersih

Wandi Yusuf • 31 Desember 2023 17:42
Jakarta: SuperSUN atau Surya Power Solusi Untuk Negeri adalah proyek masa depan yang diperkenalkan PT PLN (Persero). Melalui proyek yang lahir di ujung timur Indonesia ini, PLN berupaya menghadirkan listrik berenergi bersih yang bisa menginspirasi dunia.
 
Sengatan matahari di Kampung Yawezer, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, menginspirasi pegawai milenial PLN wilayah Sorong, Papua, dan Papua Barat untuk menciptakan energi listrik ramah lingkungan bernama SuperSUN. Dikembangkan sejak 2021, SuperSUN mampu mengguncang dunia hanya dalam kurun dua tahun.
 
Kala itu, Kampung Yasweser dalam kondisi gelap gulita. Memang ada sebagian rumah yang sudah menikmati listrik, namun harus mengeluarkan biaya besar, yakni Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Dana sebesar itu pun hanya cukup untuk menikmati penerangan selama 6 sampai 12 jam.
 
Para pegawai muda PLN ini lantas menemukan ide SuperSUN. Cara kerjanya sederhana, yakni menciptakan genset yang bisa menyerap energi matahari yang melimpah di kampung itu, untuk kemudian diubah menjadi energi listrik.
 
Ide sederhana ini ternyata menjadi temuan penting dalam upaya melistriki wilayah berkategori terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Lebih penting lagi, SuperSUN menghadirkan energi hijau, yakni memproduksi energi listrik tanpa mengeluarkan emisi yang mencemari negeri.
 
Genset cerdas ini juga mampu dioperasikan dengan biaya yang amat rendah. Satu unit SuperSUN SS-2200VA/220VAC misalnya, hanya membutuhkan investasi Rp18,5 juta hingga Rp30 juta. Dengan biaya awal sebesar itu, masyarakat 3T sudah bisa menikmati listrik selama 24 jam.
 
SuperSUN bisa menyediakan daya energi sangat murah sebesar Rp1.237 per kilowatt jam (kWh). Sebagai gambaran, penggunaan bor listrik berkapasitas 500 watt selama 10 jam dengan teknologi SuperSUN ini hanya membutuh total biaya Rp6.185. Masih lebih murah dari biaya terendah yang dipatok PLN untuk 900 volt ampere (VA) yang sebesar Rp1.352 per kWh.
 
Dan akan semakin jomplang jika dibandingkan dengan teknologi LCOE PLTS komunal yang biasa dipakai di daerah 3T yang berdaya sebesar Rp30.503 per kWh. Atau teknologi LCOE PLTD sebesar Rp33.746 per kWh.
Mengejar Matahari, Menginspirasi Dunia lewat Energi Bersih
SuperSUN. Foto: Instagram pln.papua
 
Atas segala keunggulannya itu, SuperSUN lantas berhasil menjadi juara kedua dalam ajang SDG Innovation Leader Summit 2023 di New York, Amerika Serikat, awal Oktober 2023. Dalam ajang ini, PLN melalui SuperSUN bersaing dengan 11 tim dari berbagai negara.
 
Teknologi SuperSUN dinilai mampu mendorong tujuan pengembangan berkelanjutan (SDGs), seperti kesejahteraan ekonomi, keberlanjutan kehidupan sosial, dan menjaga serta meningkatkan kualitas hidup.
 
"SuperSUN menjadi salah satu upaya inovasi yang dilahirkan oleh insan PLN. Penghargaan ini tentu membuat bangga sekaligus menjadi cambuk bagi kami untuk tetap semangat dalam mewujudkan keadilan energi bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, saat menerima penghargaan itu.
 
Keberhasilan di tingkat global ini semakin membuat PLN percaya diri menjadikan SuperSUN sebagai ujung tombak dalam upaya menerangi pelosok negeri berbasis energi matahari. Hingga akhir 2021, tercatat 346 desa masih berstatus gelap gulita dan sebanyak 4.061 desa berstatus pra-elektrifikasi.
 
"PLN bakal menerapkan inovasi SuperSUN di sejumlah wilayah secara masif karena sangat mudah dan cepat diimplementasikan," kata Executive Vice President Technology & Engineering PLN, Zainal Arifin.
 

Komitmen PLN pada Energi Bersih

Pemanfaatan tenaga surya merupakan salah satu cara PLN mengeksplorasi energi bersih atau energi baru terbarukan (EBT). PLN juga berkomitmen menghadirkan sejumlah cara agar Indonesia segera memenuhi target nol emisi (net zero emission) pada 2060. Target ini menjadi penting agar generasi mendatang memiliki hak yang sama menghirup udara bersih.
 
Salah satunya, PLN berkomitmen menghijaukan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan teknologi co-firing. Upaya ini secara serius dikerjakan PT PLN Nusantara Power (NP) bersama PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI).
 
Dalam jangka pendek, kolaborasi dua subholding PLN ini berupaya ikut membantu mencapai target bauran EBT mencapai 23 persen pada 2025. Target itu menjadi komitmen Pemerintah Indonesia berdasarkan Kesepakatan Paris (Paris Agreement).
 
Saat ini, penggunaan energi fosil di Indonesia masih cukup tinggi. Hingga akhir 2022 misalnya, penggunaan energi fosil masih sebesar 87 persen dari bauran energi nasional. Rinciannya meliputi 65 persen batu bara, 18 persen gas, dan 4 persen bahan bakar minyak (BBM). Pemanfaatan EBT tercatat masih sekitar 13%.
 
Untuk membantu mencapai target yang ditetapkan pemerintah, PLN berkomitmen menaikkan bauran EBT di sektor kelistrikan. Caranya dengan metode co-firing atau mengganti secara simultan penggunaan batu bara dengan biomassa di 52 PLTU.
 
Penggunaan teknologi co-firing dipilih karena, selain ramah lingkungan, investasi yang dikeluarkan juga minim. Anggaran bisa ditekan maksimal dengan memanfaatkan aset pembangkit yang ada.
 
Biomassa yang dipilih sebagai pengganti batu bara adalah limbah serbuk gergaji (sawdust). PLN NP yang memiliki banyak jaringan PLTU memasok sawdust dari PLN EPI.
Mengejar Matahari, Menginspirasi Dunia lewat Energi Bersih
Limbah serbuk gergaji untuk kebutuhan PLTU. Foto: PLN.co.id
 
Sebagai langkah awal, pada 6 Juli 2023, sawdust bisa memenuhi kebutuhan PLTU Awar Awar Tuban, Jawa Timur, sebanyak 5.600 metrik ton dari kapasitas total 49.700 ton. Limbah Sawdust ini didatangkan dari Bulu Kumba, Sulawesi Selatan.
 
"Co-firing menjadi salah satu roda penggerak mewujudkan PLTU yang lebih hijau, sekaligus membantu mengurangi emisi," kata Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah.
 
Ruly mengatakan investasi co-firing ini merupakan salah satu langkah tepat dalam mengimplementasikan energi hijau di sektor kelistrikan. Co-firing juga mendorong PLN mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, sekaligus sebagai solusi mengurangi sampah.
 
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, mengatakan sumber biomassa melimpah di Indonesia. Tak hanya sawdust, masih banyak jenis limbah perkebunan dan kehutanan yang bisa menjadi bahan biomassa menggerakkan PLTU. Daripada hanya menjadi sampah, limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai biomassa dan hasilnya bisa memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat.
 
"Secara tidak langsung, co-firing ini juga menggerakkan roda ekonomi di tingkat bawah," kata Iwan.
 
PLN EPI memperkirakan kebutuhan biomassa co-firing hingga 2025 sebanyak 10,2 juta ton per tahun untuk 52 PLTU yang tersebar di Indonesia.
 

Unjuk gigi di COP-28

Komitmen PLN mengubah arah ke energi bersih juga tampak pada keikutsertaan di Konferensi ke-28 Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP-28). Di forum yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab, awal Desember lalu, PLN memperkenalkan skema Accelerating Renewable Energy Development (ARED).
 
Melalui skema ini, PLN berkomitmen mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Langkah ini dilakukan agar PLN bisa mereduksi emisi hingga 127 juta ton CO2 pada 2030.
 
Melalui skema ARED, PLN sukses menjalin empat kesepakatan penting pada COP-28. Pertama, PLN menjalin kolaborasi bersama Pusat Pengembangan EBT asal Amerika Serikat (The US National Renewable Energy Laboratory/NREL). Keduanya bersepakat mengembangkan control center agar pembangkit EBT PLN bisa beroperasi secara efisien dan ekonomis. Pusat kendali akan difokuskan di tiga lokasi, yakni Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra. Ketiga lokasi itu punya potensi EBT yang besar sehingga membutuhan sistem jaringan terintegrasi.
 
Kesepakatan kedua terjalin bersama Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP). Dengan entitas ini, PLN secara bertahap akan mengganti pembangkit yang selama ini berbasis energi fosil menuju energi hijau, salah satunya melalui metode co-firing.
 
Ketiga, PLN bersepakat menjalin kerja sama dengan PT Saran Multi Infrastruktur (SMI) dan Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW). Kerja sama ini memungkinkan PLN memanfaatkan Project Development Facility (PDF) yang dikelola PT SMI untuk proyek-proyek Pumped Storage Hydroelectric Power Plant.
 
KfW dan PT SMI juga berencana memberikan dukungan dalam bentuk feasibility study dan environmental & social scoping pada tahapan persiapan proyek PLTA Grindulu Pumped Storage 4x250 MW dan PLTA Sumatera Pumped Storage 2x250 MW.
 
Dan kerja sama keempat yang dijalin PLN di COP-28 ini adalah bersama Cirebon Electric Power (CEP), Asian Development Bank (ADB), dan Indonesia Investment Authority (INA). Kerja sama ini menargetkan penghentian operasional PLTU Cirebon pada Desember 2035. Lebih awal dari target sebelumnya pada Juli 2042.

"Ini sebagai langkah menghindarkan Indonesia dari penciptaan emisi hingga 30 juta ton CO2," kata Darmawan Prasodjo.
Mengejar Matahari, Menginspirasi Dunia lewat Energi Bersih
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo (dua dari kiri) saat menjadi panelis dalam acara COP-28. Foto: Dok PLN
 

Ambisi memaksimalkan EBT

Skema ARED secara detail juga mencatat target-target PLN hingga 2060. PLN berambisi meningkatkan kapasitas pembangkit EBT hingga 480 gigawatt (GW) pada 2060. PLN akan terus menambah penggunaan EBT secara signifikan. Pada 2040, PLN mencanangkan 75 persen pembangkit PLN akan berbasis EBT dan sisanya sebanyak 25 persen berbasis gas.
 
"ARED menjadi agregator utama PLN melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan," kata Darmawan Prasodjo.
 
Sidik jari dari skema ARED ini bisa dilihat dari pembangunan Upper Cisokan pumped storage berkapasitas 1.040 megawatt (MW) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata berkapasitas 192 MWp di sektor pembangkitan. PLN juga berencana membangun green enabling transmission line yang didukung teknologi smart grid.
 
Darmawan mengatakan infrastruktur adalah kunci untuk menyalurkan listrik dari lokasi sumber EBT yang terisolasi, ke pusat beban di kota-kota besar. Dia optimistis upaya-upaya itu bisa menjadi jalan keluar mengatasi mismatch beban antarpulau yang mencapai 33 gigawatt (GW).
 
Dari sisi distribusi, PLN juga berbenah. PLN berkolaborasi membangun pabrik panel surya (solar PV), membuka pasar karbon, hingga membangun infrastruktur kendaraan listrik. Khusus kendaraan listrik, PLN menggandeng 23 rekan industri otomotif untuk mempermudah mereka mengembangkan kendaraan listrik ramah lingkungan.
 

Diganjar Proper Emas

Kerja-kerja PLN di tingkat global, regional, dan lokal dalam menghadirkan energi bersih ini mendapat apresiasi di penghujung tahun. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengganjar PLN dengan 20 penghargaan Proper Emas pada 2023. Jumlah itu melebihi pencapaian tahun sebelumnya yang meraih 15 Proper Emas.
 
Penghargaan Proper adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Program ini digagas KLHK. Penghargaan Proper Emas adalah penghargaan tertinggi bagi perusahaan yang berkomitmen menjalankan bisnisnya secara ramah lingkungan. Di bawahnya berturut-turut penghargaan Proper Hijau, Proper Biru, Proper Merah, dan Proper Hitam.
 
Secara individu, Direktur PLN Darmawan Prasojo pun untuk kedua kalinya menerima penghargaan Green Leadership Utama. Julukan ini tak lain karena komitmen Darmawan terus menghadirkan energi bersih untuk Indonesia dan dunia.
Mengejar Matahari, Menginspirasi Dunia lewat Energi Bersih
Wakil Presiden Maruf Amin mengumumkan pemenang Proper Emas 2023. Foto: Dok KLHK
 
Penghargaan demi penghargaan ini menjadi bukti jika PLN berkomitmen menghadirkan energi bersih ramah lingkungan.
 
Melalui SuperSUN, PLN berjibaku mengejar matahari untuk mengonversinya menjadi listrik tanpa emisi. PLN juga menggali biomassa untuk kelak bisa menggantikan batu bara yang selama ini menggerakkan PLTU. Tak sampai di situ, PLN wira-wiri menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak agar bisa optimal menangkap energi hijau.
 
Kerja-kerja PLN ini setidaknya membantu pemerintah untuk terus mereduksi emisi gas buang di sektor energi. Hingga 2022 tercatat Indonesia telah mampu mereduksi emisi di sektor energi sebesar 716 juta ton CO2. Keberhasilan ini membuat Indonesia mendapat pendanaan sebesar USD103,78 juta atau setara Rp1,56 triliun (kurs Rp15.000/USD) dari Global Climate Fund (GCF).
 
Upaya penurunan emisi ini diharapkan bisa terus dan massif dilakukan hingga mencapai target seperti yang tertulis di Perjanjian Paris, yakni mencapai target nol emisi pada 2060 mendatang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan