Artinya, perusahaan-perusahaan itu masih membayar gas bumi di atas USD6 per MMBTU. Itu menurutnya menjadi salah satu penghambat majunya sektor industri.
"Pada 2023, hanya 76,95 persen di Jawa Bagian Barat atau hanya sekitar 939,4 BBTUD dibayar dengan harga USD6,5 per MMBTU, sisanya harus dibayar dengan harga normal sebesar USD9,12 per MMBTU," sebut dia dalam siaran pers, Selasa, 2 Januari 2024.
Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya masih banyak sektor industri yang memperoleh volume gas lebih rendah atau tidak sesuai dengan jumlah yang sudah menjadi kontrak antara industri dan pihak penyedia.
"Kebijakan HGBT memang dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang kami inginkan, jauh dari ideal di mata kami. Oleh karenanya, karut marut terkait HGBT ini tentu mengurangi daya saing industri kita," ungkap Agus.
Baca juga: Kebijakan Harga Gas Harus Mendukung Keberlanjutan Industri Migas Nasional |
Menurutnya, untuk mengatasi ini ada kebijakan lain yang dibutuhkan seperti pengendalian impor.
"Kami meyakini, PMI kita bisa jauh lebih tinggi apabila pelaksanaan HGBT berjalan baik, dan pengendalian impor berjalan baik," ucap Agus.
Sebab, menurut Agus, ada opportunity loss yang dihadapi sektor manufaktur yang disebabkan oleh kedua hal tersebut.
"Selain itu, perlu didukung kebijakan untuk menjaga ketersediaan bahan baku sehingga sektor industri manufaktur kita tetap berproduksi dengan baik dalam memenuhi pasar domestik dan ekspor,” ujar dia.
Pelaku industri nasional makin optimistis
Namun, pelaku industri nasional tetap optimistis dalam menjalankan usahanya di tengah berbagai dampak geopolitik dan geoekonomi global.Kepercayaan diri ini tercermin dari capaian positif Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global, pada bulan Desember berada di posisi 52,2 atau naik 0,5 poin dibanding November yang menempati level 51,7.
"Alhamdulillah, PMI Manufaktur Indonesia tetap berada dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut. Capaian ini hanya Indonesia dan India yang mampu mempertahankan level di atas 50 poin selama lebih dari 25 bulan. Kinerja baik ini tentu harus kita jaga dan tingkatkan,” kata Agus.
Kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik lantaran juga didukung dari beragam kebijakan strategis pemerintah yang telah berjalan secara on the right track.
"Laju industri manufaktur kita bisa lebih cepat di akhir 2023. Kami juga optimistis di 2024 bisa lebih baik lagi," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News