BRI dan HM Sampoerna telah berupaya mendorong peran UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Foto: dok SRC.
BRI dan HM Sampoerna telah berupaya mendorong peran UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Foto: dok SRC.

UMKM Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan

Ade Hapsari Lestarini • 12 Maret 2024 09:19
Jakarta: Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia perlu terus didorong agar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi semakin besar. Menyusul UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional.
 
Hal ini penting guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan, baik swasta maupun pemerintah, perlu mempererat kerja sama agar peran UMKM makin optimal. Signifikansi UMKM bagi perekonomian nasional diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden Jokowi menyatakan terdapat 65 juta UMKM di Indonesia, yang berkontribusi sebesar 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen.
 
"Sebuah angka yang sangat besar sekali. Oleh sebab itu, kalau kita memberikan perhatian khusus kepada UMKM itu tidak salah," ujar Jokowi pada pembukaan BRI Microfinance Outlook 2024, dikutip Selasa, 12 Maret 2024.

Dalam acara tersebut Jokowi mengapresiasi BRI yang telah berhasil mengimplementasikan perbankan digital hingga ke tingkat warung kecil, dengan mengelola 740 ribu agen BRILink dan transaksi tahunan mencapai Rp1.400 triliun. Inisiatif ini dianggap telah mengurangi dominasi rentenir dan memperkuat sektor keuangan mikro. Ia juga menyampaikan tentang bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp46 triliun yang bertujuan menurunkan suku bunga bagi UMKM.
 
Menurut Jokowi, program pembiayaan mikro dan peningkatan kualitas produk UMKM, termasuk peningkatan kemasan dan penjenamaan (branding), menjadi faktor penting dalam memperkuat daya saing dan kemampuan UMKM.
 
 
Baca juga: BRI Cari Ide Baru Dorong Kapasitas Mesin Perekonomian RI

BRI-HM Sampoerna dorong peran UMKM


Sejalan dengan prioritas dan program pemerintah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) telah melakukan upaya konkret untuk mendorong peran UMKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Pada salah satu sesi BRI Microfinance Outlook 2024, Direktur Penjualan Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan pihaknya memiliki visi yang sama dengan BRI untuk membawa perubahan bagi UMKM.
 
"UMKM butuh dibimbing, didampingi, dan diberikan akses. Kita bisa bersama-sama mewujudkan itu, walaupun tantangannya banyak kita tetap optimis untuk bisa #JadiLebihBaik," kata Ivan.
 
Sampoerna, lanjut Ivan, berkomitmen untuk mendukung perkembangan UMKM nasional melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) yang telah berjalan selama 16 tahun. Komitmen ini berangkat dari sejarah perusahaan yang awalnya juga berdiri dari sebuah UMKM, yakni toko kelontong.
 
"Dari 60 juta UMKM di Indonesia, masih ada sekitar empat juta pedagang retail tradisional di seluruh Indonesia yang belum terkelola dengan baik. Mereka hidup was-was karena begitu ada pelaku usaha yang lebih modern dan lebih kuat modalnya, ada ancaman untuk tutup," ujar dia.
 
Para pelaku retail tradisional inilah yang konsisten dibina oleh Sampoerna melalui program SRC. Pada awal 2024, SRC memiliki jaringan yang mencapai lebih dari 250 ribu toko kelontong di seluruh Indonesia yang tergabung dalam 8.200 Paguyuban dan bermitra dengan lebih dari 6.300 toko grosir yang tergabung bersama Mitra SRC. Dengan anggota sebesar itu, tambah Ivan, SRC telah memberikan dampak nyata, tidak hanya bagi para pemilik toko, tetapi juga untuk masyarakat luas dan Indonesia.
 
 
Baca juga: Melongok Digitalisasi Toko Kelontong Sampoerna
 

Kenaikan omzet hingga 42%


Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Tim Riset Kompas Gramedia (KG) Media, omzet Toko SRC secara keseluruhan pada 2022 diperkirakan mencapai Rp236 triliun atau setara dengan 11,4 persen PDB Ritel Nasional 2022. Selain itu, para pemilik Toko SRC juga merasakan kenaikan omzet hingga 42 persen setelah bergabung menjadi Toko SRC.
 
Pendampingan yang dilakukan oleh mencakup aspek fisik toko dan rantai pasok, serta dukungan agar toko kelontong mampu beradaptasi terhadap perkembangan teknologi dan digitalisasi. Dukungan ini diwujudkan melalui ekosistem digital AYO by SRC. Dalam hal ini, BRI turut ambil bagian, terutama untuk meningkatkan akses dan literasi finansial para pelaku UMKM toko kelontong.
 
Kini, Toko SRC dapat melakukan pembukaan rekening dengan proses yang mudah dan melakukan transaksi secara digital melalui BRIVA untuk pembelian ke Mitra SRC, serta QRIS untuk transaksi para pelanggannya. Melalui upaya ini, para pemilik Toko SRC dapat menggunakan layanan perbankan untuk semakin mengembangkan bisnis tokonya.
 
Keberadaan SRC juga memberikan manfaat bagi UMKM lain yang berada di sekitar Toko SRC melalui Pojok Lokal yang didedikasikan untuk memasarkan produk-produk UMKM sekitar. Diperkirakan, produk UMKM yang dipasarkan melalui Pojok Lokal di Toko SRC memiliki omzet 40 persen lebih tinggi dibandingkan produk UMKM yang dipasarkan di toko kelontong non-SRC.
 
Bahkan, total transaksi Pojok Lokal secara nasional mencapai Rp5,65 triliun menurut riset KG Media. SRC juga berperan dalam membentuk lapangan kerja dengan 51 persen Toko SRC berhasil membuka lapangan pekerjaan baru melalui penambahan karyawan. Ivan pun mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam mendukung UMKM Toko Kelontong.
 
Senada, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, Indonesia memiliki optimisme dalam penguatan peran UMKM yang dapat diakselarasi dari sisi literasi dan orkestrasi dari pemangku kebijakan.
 
"Untuk menuju negara yang makmur pada 2032-2034, perlu akselerasi pada penambahan jumlah UMKM sehingga secara agregat nanti mendapatkan produktivitas, selain itu perlu dilakukan akselarasi pada produktivitas UMKM itu sendiri," kata dia.
 
Selain itu, pemerintah juga perlu membangun motivasi pada masyarakat Indonesia untuk ingin menjadi pelaku UMKM.
 
"Ini mesti dibangun dengan kebijakan pemerintah yang nyata dan konkret memberikan insentif-insentif pada seluruh warga negara untuk menjadi pengusaha. Kalau itu terjadi, maka sesungguhnya dengan bonus demografi Indonesia, pada 2032-2034 jumlah UMKM kita mencapai 83 juta, dan itu belum cukup, maka dengan akselerasi ini UMKM mesti sebesar 96 juta-100 juta untuk menuju Indonesia Emas," papar dia.
 
Tidak hanya itu, Supari menilai literasi juga diperlukan untuk meningkatkan produktivitas. "Kita mesti penetrasi untuk meningkatkan produktivitas, menggeser UMKM kita yang sekarang masih di level informal menjadi formal. Literasi yang paling dibutuhkan adalah literasi digital, yang tidak hanya pada pada perluasan pasar tetapi juga dari proses produksi, evaluasi, dan inovasi," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan