Bagi Baba Rafi, ini adalah kerja sama pertama yang dilakukan dengan startup teknologi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi udang vaname dengan penerapan Internet of Things (IoT).
Pada fase pertama dalam kolaborasi ini, eFishery akan mengelola 71 tambak udang seluas 40 ribu meter persegi yang merupakan tambak kelolaan Baba Rafi.
"Kerja sama dengan Baba Rafi yang ahli dalam mengelola franchise ini merupakan suatu bentuk strategic partnership, Baba Rafi yang menjalankan bisnis waralaba, sedangkan eFishery yang mengelola operasional tambak. Kami berharap kolaborasi ini akan memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat dan stakeholders lainnya," ujar CEO & Co-Founder eFishery Gibran Huzaifah melalui keterangan resminya, Rabu, 4 November 2020.
Udang merupakan hasil ekspor perikanan andalan Indonesia yang jumlahnya mencapai hingga 40 persen dari seluruh ekspor perikanan. Selain itu, udang juga termasuk dalam 10 komoditas non-migas dengan surplus terbesar di Indonesia.
Hal ini yang membuat Baba Rafi tertarik untuk menggeluti bisnis tambak udang vaname dan menjadikannya suatu bisnis dengan model waralaba. Melalui waralaba tambak udang ini, Baba Rafi mengundang masyarakat untuk dapat menjadi investor dengan seluruh operasional dan manajemen bisnis dikelola oleh pihak Baba Rafi sehingga tingkat keamanan dalam berinvestasi terjamin.
Kepastian hasil produksi tambak udang vaname Baba Rafi diharapkan semakin terjaga dengan masuknya eFishery sebagai pengelola tambak. Sejak didirikan pada 2013, eFishery yang bergelut di teknologi akuakultur merupakan perusahaan aquaculture intelligence pertama di Indonesia.
Berangkat dari produk eFisheryFeeder yang merupakan alat pemberi pakan otomatis berbasis cloud yang mampu meningkatkan mutu dan hasil panen ikan dan udang, eFishery kini juga menawarkan solusi untuk memecahkan masalah-masalah lain di sektor akuakultur secara terintegrasi dengan mengacu pada data dan teknologi.
Hendy Setiono, founder dan group CEO Baba Rafi Enterprise, menyadari akan pentingnya sentuhan teknologi dalam pengelolaan tambak udang.
"Di era Revolusi Industri 4.0 ini, memang tidak bisa kita pungkiri peran teknologi dalam segala hal, salah satunya di bidang akuakultur. Dan kami juga ingin turut berperan dalam perubahan tersebut. Saya selalu percaya, dengan berkolaborasi banyak hal yang bisa kita capai dengan hasil yang lebih maksimal," ujarnya.
Dalam kerja sama ini, eFishery bertindak sebagai technical expert yang akan mengatur manajemen operasional tambak dan memberikan pendampingan dari awal hingga akhir siklus budi daya.
Pendampingan dimulai dari proses penyediaan benih, pemilihan pakan, hingga penyediaan teknologi pendukung. Selain teknologi eFisheryFeeder yang mampu mengefisienkan FCR, eFishery juga menggunakan inovasi untuk menghindarkan penyakit pada udang. Serangan penyakit pada udang diketahui mampu menyebabkan penurunan hasil panen hingga 90 persen.
"Potensi tambak udang di Indonesia amat besar, dan dengan target pemerintah untuk meningkatkan nilai produksi udang sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan, kita butuh inovasi bisnis agar hal ini dapat tercapai," tuturnya.
Model waralaba tambak udang yang diterapkan oleh Baba Rafi yang dikombinasikan dengan teknologi serta layanan eFishery diharapkan dapat menjadi standar dan contoh operasional tambak udang yang dapat direplikasi dengan cepat.
"Kami berharap dapat menjadi lokomotif dalam mengakselerasi dan menjadikan Indonesia sebagai produsen udang nomer satu di dunia," pungkasnya.
Hingga saat ini, Baba Rafi mengelola 204 kolam tambak yang berada di Subang dan Lampung. Sejak diluncurkan pada 2017, waralaba tambak udang vaname Baba Rafi telah memiliki ratusan investor. Dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan akan ada 500 tambak yang dikelola secara digital oleh Baba Rafi dan eFishery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id