"Surplus kita kalau dilihat dari tahun ke tahun pada periode Januari-Juli ini cukup tinggi, sebesar USD14,42 miliar," ucap Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 18 Agustus 2021.
Margo Yuwono menyebut bahwa surplus periode Januari-Juli 2021 menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Pada 2020 di periode yang sama, Indonesia hanya berhasil mencatat surplus sebesar USD8,65 miliar.
Sementara pada 2019, RI justru mengalami defisit sebesar USD2,15 miliar. Pun demikian pada periode yang sama di tahun 2018 dimana Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebanyak USD3,21 miliar.
"Kemudian pada tahun 2017 Indonesia hanya mampu surplus neraca dagang sebesar USD7,39 miliar, dan 2016 hanya surplus sebesar USD4,76 miliar," ungkapnya.
Adapun selama periode Januari-Juli 2021, meskipun sektor migas mengalami defisit USD6,50 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas sebesar USD20,92 miliar. Sehingga secara total mengalami surplus sebesar USD14,42 miliar.
Besarnya surplus neraca perdagangan yang dibukukan Indonesia selama periode tersebut ditopang oleh kinerja ekspor industri pengolahan. Pada Januari-Juli 2021, industri pengolahan berhasil mencetak nilai ekspor mencapai USD94,62 miliar.
Angka kinerja ekspor industri pengolahan pada periode tersebut mengalami kenaikan sebanyak 31,36 persen dari total ekspor industri pengolahan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar USD72,03 miliar.
"Jadi menurut sektor terlihat sekali bahwa industri pengolahan kinerjanya sangat baik, tumbuhnya cukup tinggi. Sedangkan yang tertinggi ada di sektor tambang dan lainnya yang tumbuh 49,13 persen," pungkas Margo Yuwono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id