"Perlu adanya upaya strategis dan sinergitas kementerian/lembaga anggota DEN dari unsur pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengakselerasi pencapaian target bauran EBT," katanya dalam keterangan resmi, Jumat, 9 April 2021.
Arifin mengungkapkan target bauran EBT pada 2025 adalah sebesar 23 persen, gas bumi 22 persen, minyak bumi 25 persen, dan batu bara 30 persen. Sementara, pada 2020 bauran EBT yang tercapai hanya 11,2 persen, gas bumi 19,16 persen, minyak bumi 31,6 persen, dan batu bara 38,04 persen.
"Melihat dinamika keenergian yang terjadi, pemerintah telah menyusun rancangan Grand Strategi Energi Nasional," tambah dia.
Kementerian Ristek/BRIN menyebut harga keekonomian EBT masih jadi kendala, karena belum memasukkan biaya kerusakan lingkungan (externality cost) energi fosil. Hal ini membuat EBT masih jauh tertinggal, walaupun untuk PLTS, sekarang sudah lebih kompetitif.
Karena itu, dibutuhkan carbon pricing untuk menekan harga EBT menjadi lebih kompetitif. Dengan carbon pricing, energi fosil bisa berbenah dengan menekan emisi karbonnya melalui upgrading batu bara, batu bara ke gas, DME (dimetil eter), batu bara cair, atau zero flaring pada operasi migasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News