"Sekarang harga naik, tetapi barang ada terus. Kami siapkan stok sesuai kebutuhan dan itu bidang kita untuk impor dengan transportasi dalam negeri," kata Ketua Akindo Yusan, dilansir dari Antara, Kamis, 21 Januari 2021.
Yusan menjelaskan saat ini harga kedelai memang mengalami kenaikan, mengikuti harga di pasar internasional. Harga kedelai sekarang ini mencapai USD13-14 per bushel (per gantang) dan menjadi harga tertinggi, jika dibandingkan dengan sebelumnya yang berkisar USD9 per bushel pada Mei 2020.
Kenaikan harga kedelai ini disebabkan selain karena situasi ekonomi dunia yang melemah akibat pandemi covid-19, juga karena faktor cuaca fenomena La Nina yang menghantam wilayah Afrika dan Amerika Latin, terutama Brasil sebagai produsen kedelai AS.
Gangguan cuaca basah La Nina ini menyebabkan produksi kedelai di Brasil menjadi terbatas. Selain itu, Tiongkok yang juga menjadi negara importir terbesar kedelai, meningkatkan jumlah importasinya untuk pakan ternak babi.
"Pembeli terbesar Tiongkok dan dialihkan impor dari AS, namun tidak mencukupi. Ini yang mengganggu stok di AS, akibatnya stok berkurang dan harga kalau kita lihat sekarang menjadi USD13 per bushel," kata Yusan.
Ia menambahkan biaya pengangkutan juga menjadi andil dalam kenaikan harga kedelai karena terjadi ketidakseimbangan persediaan kontainer sehingga menyebabkan logistik terganggu. Oleh karenanya, Importir kedelai juga mengimbau agar para pengrajin tahu dan tempe dapat menyesuaikan dengan harga kedelai internasional.
Kondisi itu mengingat fluktuasi harga komoditas tersebut disampaikan secara transparan. "Sebenarnya pengrajin bisa menyesuaikan harga internasional karena tahu persis harga jual kedelai tidak ada. Harga dapat dihitung secara transparan dari angkutan sampai ke dalam negeri," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News