Meskipun di tengah pandemi covid-19, pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik tetap berjalan (Foto:Dok.Metro TV)
Meskipun di tengah pandemi covid-19, pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik tetap berjalan (Foto:Dok.Metro TV)

PLN Komitmen Dorong Pemanfaatan EBT

Gervin Nathaniel Purba • 03 Desember 2020 08:00
Jakarta: Meskipun di tengah pandemi covid-19, pengembangan pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik tetap berjalan. Hingga September 2020, PLN berhasil meningkatkan bauran energi baru terbarukan menjadi 13,6 persen dari 12,7 persen pada akhir 2019.
 
Peningkatan ini didorong oleh selesainya beberapa proyek energi baru terbarukan sebesar 132 Megawatt (MW) dari 15 pembangkit tahun ini, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Air (total kapasitas 73 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (total kapasitas 50,63 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (kapasitas 2,92 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa (kapasitas 3,5 MW), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (kapasitas 2 MW).
 
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan PLN tengah melakukan transformasi. Melalui pilar green, PLN menggenjot pemanfaatan energi baru terbarukan untuk memproduksi listrik.

Terdapat tiga program utama guna meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 23 persen pada 2025, antara lain Implementasi RJPP, Program Green Booster, dan Program pembangunan pembangkit EBT berskala besar.
 
"Dalam Green Booster, ada program co-firing PLTU. Melalui program ini, peningkatan bauran energi terbarukan dapat dilakukan dalam waktu lebih cepat tanpa perlu melakukan pembangunan pembangkit, serta dapat menjadi bagian ekosistem bisnis listrik kerakyatan,” kata Zulkifli.
 
Selain itu, PLN juga melakukan konversi pembangkit diesel ke pembangkit berbasis EBT. Jumlah unit PLTD PLN tersebar di 2.130 lokasi. Pelaksanaan program akan dilaksanakan bertahap, yaitu untuk tahap awal di 200 lokasi. 
 
“Pengembangan pembangkit hydro pada bendungan multifungsi milik PUPR eksisting juga akan terus didorong,” kata Zulkifli.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjelaskan bahwa EBT di indonesia memiliki potensi menghasilkan listrik hingga 407 gigawatt (GW), dan saat ini baru dimanfaatkan sekitar tiga persen. 
 
Adanya pandemi covid-19, ditambah lagi Indonesia mengalami resesi, membuat berbagai proyek yang sedang dalam tahap pengadaan dan konstruksi menjadi tertunda akibat kenaikan biaya konstruksi.
 
"Sedangkan proyek EBT eksisting juga kesulitan untuk meneruskan pengoperasian dan pemeliharaannya. Pencairan dana proyek juga terkendala karena krisis ekonomi akibat pandemi," ujar Menteri ESDM Arifin Tasri, pada program Metro TV.
 
Dalam mendorong pemanfaatan EBT, saat ini pemerintah sedang menyiapkan Peraturan Presiden (Perpres) untuk menetapkan aturan tarif. Diterbitkannya Perpres diharapkan dapat menarik minat para investor.
 
"Kita harus melakukan identifikasi berbagai sumber, cara pemanfaatan, dan bagaimana bisa mengintegrasikan ke dalam sistem yang ada. Lalu, menyederhanakan perizinan," ujar Arifin.
 
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto memandang kunci sukses pemanfaatan EBT ialah dukungan regulasi dan deregulasi yang menarik bagi iklim investasi. Kepastian hukum dalam bentuk UU menjadi suatu keharusan untuk memberikan kepastian kepada investor.
 
"Ujung segala ujung adalah nilai keekonomian tadi disebutkan keluar Perpres. Jadi ada sebuah daya tarik sehingga akan menarik investor," kata Sugeng.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan