Ilustrasi  energy storage system (ESS) milik Tesla - - Foto: dok AFP
Ilustrasi energy storage system (ESS) milik Tesla - - Foto: dok AFP

Tesla Berencana Bangun Power Bank Berkapasitas Jumbo di Indonesia

Husen Miftahudin • 05 Februari 2021 15:18
Jakarta: Pemerintah telah menerima proposal Non-Disclosure Agreement (NDA) dari produsen otomotif asal Amerika Serikat (AS), Tesla. Selain rencana kerja sama pengembangan mobil listrik, perusahaan milik Elon Musk itu juga bakal membangun energy storage system (ESS) di Indonesia.
 
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengatakan, ESS mirip seperti power bank. Namun bedanya, power bank ESS memiliki kapasitas jumbo.
 
"Jadi ESS ini mirip seperti power bank, tapi power bank berkapasitas besar, puluhan megawatt. Kalau power bank kita kan paling 20 ribu watt, kalau ini bisa puluhan megawatt bahkan sampai 100 megawatt," ungkap Seto dalam konferensi pers virtual, Jumat, 5 Februari 2021.

Dalam proposalnya tersebut, power bank ESS ini akan menggantikan pembangkit-pembangkit peaker yang ada di Indonesia. Pembangkit dengan menggunakan sistem peaker adalah pembangkit yang berjalan saat permintaan listrik sedang tinggi.

 
"Peaker itu kan pembangkit yang hanya digunakan ketika electricity demand-nya itu di satu periode dan jauh melebihi penggunaan rata-ratanya. Jadi dibandingkan bikin pembangkit listrik baru, ya sudah pakai baterai saja," pungkas Seto.
 
Ia kembali menjelaskan bahwa power bank ESS akan mengisi energi saat permintaan listrik sedang landai. Seto berkaca pada siklus dan fluktuasi penggunaan listrik di Indonesia.
 
"Ketika siang saat proses produksi lagi besar, pabrik-pabrik lagi pada jalan, mungkin energy electricity demand-nya tinggi. Atau mungkin pada saat malam, dari pukul 6 sampai 10 pas orang lagi di rumah, ac nyala, tv nyala, ini juga tinggi," tutur dia.
 
Oleh karena itu, ketimbang membuat pembangkit peaker dengan ongkos produksi yang tinggi, menurut Seto lebih baik menggunakan power bank ESS yang berkapasitas jumbo. Namun demikian, Seto mengaku masih mempelajari secara mendalam rencana Tesla membangun power bank ESS.
 
"Tapi mereka memang mencontohkan kesuksesan mereka di Australia. Mereka sudah membangun cukup banyak hal seperti ini, dan mereka meng-combine ini dengan renewable energy di sana. Jadi cukup menarik juga," sebut Seto.
 
Seto bilang, Tesla paling tertarik dengan potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia. Meskipun banyak permintaan pembangunan power bank ESS dari berbagai negara, namun Tesla tetap melirik Indonesia sebagai ladang investasi dalam pengembangan energi terbarukan.
 
"Mereka pengen banget kerja sama dengan Indonesia karena mereka melihat dengan Indonesia yang negara kepulauan, memiliki potensi banyak renewable energy, ini mereka bisa mengkombinasikan teknologi ESS mereka ini untuk di Indonesia dan memberikan manfaat yang maksimal," tutup Seto.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan