Erick mengatakan nantinya IBC akan fokus dalam memproduksi baterai untuk kendaraan listrik (electric vehicle battery). Ia mengatakan dengan kehadiran EV battery membuat Indonesia makin bersahabat dengan ekonomi hijau dan mendukung bauran energi baru terbarukan (EBT).
"Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan komisaris dan direksi dan kementerian sehingga cita-cita mulia kita sebagai bangsa besar bisa kita buktikan hari ini, kita mempunyai perusahaan yang fokus kepada electric battery," kata Erick dalam konferensi pers, Jumat, 26 Maret 2021.
Namun, Erick mengingatkan tahap ini masih sangat awal yakni baru pembentukan hitam di atas putih. Ia mengatakan dengan langkah awal ini diharapkan IBC bisa segera membuktikan sepak terjang di masa mendatang dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin di bisnis EV battery.
"Kita harapkan bagaimana implementasi nantinya ini terbukti di 2022, 2023, tentu yang namanya hasil dari pada produksi tersendiri," tutur Erick.
Erick mengatakan pembentukan perusahaan baterai ini merupakan langkah pemerintah untuk mengejar ketertinggalan. Dia mengungkapkan keluhan Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia sering terlambat mengantisipasi kekuatan yang dimiliki.
Misalnya, pada era 1970-an, industri perminyakan Tanah Air telat dalam memanfaatkan sumber daya yang melimpah. Demikian juga pada 1980-an yang mana industri kayu Indonesia juga telat bergerak.
Kali ini, Indonesia tak boleh lagi terlambat. Ia bilang dengan memiliki cadangan nikel dalam jumlah besar di dunia, Indonesia tidak boleh tertinggal seperti sebelumnya. Nikel tersebut bakal dimanfaatkan dalam membuat baterai untuk kendaraan listrik.
"Saat ini kita memanfaatkan momentum penting ketika perubahan inovasi EV battery berbasis nikel kita mengambil langkah cukup berani, tidak mau kalah dengan negara besar sepérti AS, RRT, Korea. Kita bisa jadi negara global," ucap dia.
Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik.
Di sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24 persen dari total cadangan nikel dunia. Sedangkan di hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis bermotor roda dua dan empat yang sangat besar dengan potensi 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan dua juta unit untuk kendaraan roda empat pada 2025.
Dengan keunggulan rantai pasokan yang kompetitif, setidaknya 35 persen komponen EV bisa berasal dari lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News