Seperti diketahui, PTFI memang meminta menambah perpanjangan masa ekspor konsentrat tembaga lewat dari 31 Mei 2024, atau melebihi dari jangka waktu yang ditetapkan pemerintah.
Penambahan waktu relaksasi ekspor tersebut dibutuhkan lantaran Smelter Manyar miliki Freeport yang berada di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur itu baru beroperasi secara komersial di akhir 2024.
"Kami berikan dukungan yang diperlukan, termasuk kemarin perpanjangan untuk peraturan izin ekspor (tembaga)," kata Zulkifli saat kunjungan kerja ke proyek pembangunan smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Selasa, 28 November 2023.
Zulkifli mengapresiasi perkembangan pembangunan smelter kedua PTFI itu yang diharapkan segera beroperasi penuh sehingga mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di sekitar smelter.
Baca juga: Kementerian BUMN Optimistis Smelter Kedua Freeport Beroperasi Sesuai Rencana |
"Saya bahagia, senang, perkembangan pembangunan smelter sudah mencapai 80 persen lebih. Saya kira ini membanggakan karena dipimpin anak-anak negeri. Konsentrat tembaga dikelola di sini secara bertahap dan kita punya saham mayoritas," ungkap dia.
Smelter kedua PTFI dibidik beroperasi akhir Mei 2024
Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas optimistis smelter kedua PTFI akan mulai beroperasi pada akhir Mei 2024 dan secara bertahap ramp-up produksi penuh hingga Desember 2024."Progres smelter saat ini diperkirakan mencapai 83 persen. PTFI terus menyelesaikan beberapa pekerjaan guna penyelesaian konstruksi fisik pada akhir Desember 2023," kata Tony.
Pada awal 2024, lanjutnya, akan dilakukan pre-commissioning dan commissioning untuk memastikan seluruh peralatan dan fasilitas berfungsi.
"Kami optimistis proyek pembangunan smelter akan selesai sesuai jadwal," ucap Tony.
Baca juga: Freeport Indonesia Belum Dapatkan Izin Ekspor |
Dalam pembangunan smelter kedua ini, PTFI menanamkan investasi USD2,9 miliar atau setara Rp43 triliun per akhir Oktober 2023, dari total anggaran USD3 miliar.
"Harapan kami relaksasi ekspor konsentrat tembaga dapat terus diberikan sampai smelter tersebut beroperasi penuh," kata Tony.
Setelah beroperasi penuh, smelter mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600 ribu ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News