Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi. Foto: Medcom.id
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi. Foto: Medcom.id

Kondisi Pangan Global Sedang Tidak Baik-baik Saja

Ade Hapsari Lestarini • 25 April 2024 11:25
Jakarta: Kondisi pangan global sedang tidak baik-baik saja. Berbagai faktor eksternal menjadi pemicu dari krisis pangan global. Tak ayal, kurang lebih 60 negara mengalami krisis pangan. Sementara 900 juta orang terkena dampak krisis pangan. Alhasil, harga pangan pokok melejit.
 
Demi mengantisipasi hal tersebut merambah Indonesia, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Training of Trainer Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional pada 2-4 Mei 2024.
 
"Harga beras sudah melejit sejak awal tahun di Indonesia. Krisis pangan global jangan sampai singgah di bumi pertiwi (Indonesia). Sehingga diadakanlah Training of Trainer ini," tegas Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi, saat konferensi pers, Kamis, 25 April 2024.

Dedi menjelaskan, krisis pangan global terjadi sebagai dampak dari covid-19.  Saat terjadi covid-19, seluruh tenaga, pikiran, uang, hingga energi, tercurah ke sana.
 
"Sehingga kita kecapekan dan kedodoran masalah pangan. Di saat yang sama, dampak climate change pelan tapi pasti meluluhlantakan kita, dan menganggu seluruh ekosistem di muka bumi, termasuk pertanian," ujar dia.
 
 
Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan, Warga Diajak Menanam Kebutuhan Pangan di Pekarangan Rumah

 
Climate change berupa el nino dan la nina berpengaruh signifikan menurunkan produktivitas pertanian di Indonesia. Hal ini karena pertanian sangat sensitif terhadap iklim, suhu, hujan, kelembapan, cahaya matahari, hingga perubahan iklim.
 
"Begitu ada perubahan iklim ke arah yang kurang bagus, tanaman dan ternak responsif, ditunjukkan dengan adanya penurunan produktivitas," kata dia.
 
Selain itu, perang Ukraina dan Rusia juga berdampak pada kondisi ekonomi global. Dedi menuturkan, el nino atau kemarau berkepanjangan sudah terjadi sejak tahun lalu. Durasi el nino yang mencapai 13 bulan juga berpengaruh signifikan ke ternak dan pertanian, sehingga membuat produksi beras turun signifikan.
 
"Di saat yang sama, ada pertambahan jumlah penduduk 1,1 persen atau 400 ribu jiwa lahir setiap bulan, dan mereka semua butuh nasi. Stok cadangan beras pemerintah 1,5 juta-2 juta ton beras juga menjadi masalah," papar dia.
 

Meningkatkan areal tanam


Lalu, bagaimana cara mengatasi hal ini? Dedi mengungkapkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama meningkatkan produktivitas pertanian. Kedua, meningkatkan areal tanam dan areal luas tanam.
 
Menurut Dedi, untuk itulah Kementan akan menggenjot produksi padi melalui peningkatan areal tanam, melalui tiga program strategis dan perlu dilakukan terobosan.
 
"Caranya, ada lahan rawa, sawah, kita tingkatkan indeks tanaman. Kita lakukan optimasi lahan rawa (oplah) dengan merehabilitasi jaringan tersier, sekunder, memperbaiki pintu air, gorong-gorong, tanggul, sehingga memperlancar tata air dan lahan rawa yang satu kali bisa dua kali," ujar dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan