baca juga: Menteri Investasi Lepas Pengiriman Konsentrat Tembaga Freeport Indonesia |
Ketika berbicang dengan Medcom.id beberapa waktu lalu, Bahlil juga mengutarakan betapa optimismenya dia terhadap masa depan Indonesia di tengah ancaman resesi global ketika inflasi semakin menghantui dunia. Berikut petikan wawancara khusus Medcom.id bersama Bahlil yang juga tayang di kanal Newsmaker Medcom.id.
Bapak dengan Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Korea Selatan, Jepang dan Tiongkok bagaimana respons mereka terhadap Indonesia?
Di sana kita berbicara kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok. Kita minta tambah kuota ekspor CPO ke Tiongkok karena kita mau harganya bagus. Alhamdulilah harganya sudah di atas Rp2.000 (harga TBS). Selain itu kita juga bicara strategi Tiongkok mendorong ekonomi selama 25 tahun terakhir dengan XI Jinping (Presiden Tiongkok) memberikan masukan mengenai ekonomi kita, termasuk memaparkan kawasan industri di Kaltara yang memakai green energy berbasis teknologi tinggi.
Kemudian ketika ke Jepang, kita berbicara dengan PM Jepang berbagi komitmen investasi. Jepang sebagai negara besar mengutarakan komitmen Rp70 triliun lebih dengan pembangunan pabrik metanol Rp14 triliun sampai Rp19 triliun di Papua. Kenapa metanol? Karena kita masih impor, dan Jepang juga mau perpanjang investasi di Kilang Inpex yang bangun kilang gas di Masela, dia minta masuk bebas pajak dan alhamdulilah kita lakukan agar kita lebih kompetitif.
Kunjungan ke Korea kita awali dengan pertemuan CEO meeting untuk mendapatkan komitmen Rp100 triliun lebih, termasuk dari Posco untuk kembangkan baja dengan Krakatau Steel untuk EV, kemudian bertemu dengan CEO Hyundai dan LG. Mereka juga mengaku tertarik dengan proyek IKN dan kerja sama lainnya, itu semua karena leadership Pak Presiden.
Perjalanan kita luar biasa mendapatkan respons positif karena kepemimpinan dari Presiden Joko Widodo mengendalikan negara saat pandemi covid-10 dan ekonomi pascapandemi. Dampaknya ekonomi tumbuh positif. Tiga negara itu yakin Indonesia akan menjadi negara berpendapatan tinggi.
Bagaimana komitmen dari kunjungan tersebut akankah sudah bisa direalisasikan?
Secara kebetulan perusahaan yang masuk sudah lama niat berinvestasi. Kita enggak akan menyampaikannya jika baru rencana. Kita meyakini 80 persen yang kita paparkan sudah bisa dieksekusi, sehingga target investasi akan tercapai di 2023. Kita jaga pertumbuhannya. Tak ada yang susah selama kita optimistis, bagaimana caranya tak ada teori di buku menjelaskan mengelola pandemi di era pandemi covid-19 termasuk dari Harvard. Kita menyiasati peluang kecil menjadi investasi, kami bentuk manajemen kalau ada tiga peluru harus kena semua. Tak ada yang berhasil jika tanpa ketulusan dan intuisi dalam membangun bangsa.
Bagaimana dengan target di 2022, akankah tercapai?
Pada 2022 kita target Rp1.200 triliun. Kita ada formula tak hanya angka saja. Presiden memerintahkan untuk menciptakan kawasan ekonomi baru dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selain meningkatkan pendapatan negara, kita juga memastikan investasi itu berkembang di luar Pulau Jawa juga tak hanya di Pulau Jawa.
Investasi pada kuartal III-2020 masih besar di Pulau Jawa, sekarang di luar Pulau Jawa lebih tinggi. Selain itu, investasi yang masuk harus berkolaborasi dengan pengusaha daerah tak bisa hanya asing atau di Jakarta, jangan jadikan orang daerah hanya SDA bukan tempat membina. Kemudian kita juga menciptakan keseimbangan investasi antara PMDA dan PMDN, jadi yakin di 2022 investasi bisa mencapai Rp1.200 triliun.
Bagaimana cara menaikkan ranking kemudahan berinvestasi seperti yang diminta Pak Presiden?
Pertama, apa yang terjadi adalah dampak dari UU Omnibus law. Memang belum sempurna tapi ada perbaikan dengan mendapatkan feedback dari investor. Kalau dulu kan enggak jelas sekarang lebih jelas, dulu hanya tuhan dan tukang ketik surat yang tahu (perizinan). Sekarang satu pintu, maka lebih transparan. Penting untuk mendapatkan trust dari investor. Selama biaya lebih jelas dan transparan dengan OSS. Kemudian yang tak bisa pungkiri negara memiliki makro ekonomi kuat ya Indonesia.Inflasi Indonesia capai 4,3 persen, ekonomi di atas lima persen dan bisa capai 5,1 atau 5,2 di semester II-2022. Investasi bagus, ekspor bagus dan konsumsi bagus. Apalagi 43 persen populasi di Asia Tenggara itu di Indonesia, pendapatan menengah di atas USD4.000-USD4.300 per kapita.
Kita punya SDA luar biasa, dunia sedang mendorong green industry untuk energi ramah lingkungan. Kita punya bauksit, timah, nikel, batu bara, jadi enggak ada cara lain. Kita sudah ontrack siap melejit. Siapapun jadi presiden jangan ubah-ubah kebijakan.
Bagaimana dampak realisasi investasi dengan serapan tenaga kerja pak?
Kita berpikir tadinya yang masuk itu high tech dengan pengembangan produk dengan pekerja yang punya skill tinggi, tapi kenyataannya tak semudah itu. Makanya kita kombinasikan investasi padat karya seperti garmen, seperti yang pakai manusia dan yang tak bisa kita pakai teknologi, kita blending dari Rp1.200 triliun dengan target serapan 1,3 juta lapangan pekerjaan langsung dan dampak pekerjaan tak langsungnya bisa tiga atau empat kali dari pekerja langsung.Kita butuh tujuh juta pekerjaan, pascacovid ini ada tujuh juta orang butuh lapangan pekerjaan dengan upah yang layak untuk kehidupan di negara kita.
Bagaimana masa depan perkembangan green investment di Indonesia?
Mas, saya menceritakan pertarungan merebut pabrik mobil listrik di Asia Tenggara sudah diresmikan pertama, bukan hal gampang, torpedonya luar biasa. Saya belajar menemukan orang yang suka ngolah dan enggak dari pengalaman di Hipmi. Pak Jokowi meng-guidance kami agar cepat eksekusi dia (Hyundai) supaya masuk Oktober 2019 dia nyatakan mau investasi, November saya tanda tangan MoU dan 2020 komitmen untuk investasi.Sekarang dia sudah produksi dan sudah ekspor, untuk baterai cell di 2023 kita sudah produksi 10 GW. Kita satu-satunya negara di ASEAN yang ekosistem EV mulai dari hulu ke hilirnya lengkap. Makanya supaya kompetitif kita harus ramah lingkungan, kita bangun (KEK) di Batam. Kita larang ekspor karena sudah cukup dipermainkan. Kita mau bukan hanya merdeka, juga harus menciptakan nilai tambah untuk memperkuat marwah negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News